kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bisa dengan mata telanjang, ini waktu tepat melihat Gerhana Bulan Total malam nanti


Rabu, 26 Mei 2021 / 14:34 WIB
Bisa dengan mata telanjang, ini waktu tepat melihat Gerhana Bulan Total malam nanti
ILUSTRASI. Fenomena Gerhana Bulan terlihat di Kota Pekanbaru, Riau, Rabu (17/07/2019). ANTARA FOTO/Rony Muharrman.


Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fenomena astronomi langka Gerhana Bulan Total atau Super Blood Moon akan terjadi pada 26 Mei 2021. Masyarakat bisa menyaksikannya dengan mata telanjang

Fenomena Gerhana Bulan Total itu sangat spesial karena terjadi 195 tahun sekali.  

Kepala Pusat Seismologi Teknik, Geofisika Potensial, dan Tanda Waktu BMKG Rahmat Triyono mengatakan, Gerhana Bulan Total terjadi saat posisi Matahari-Bumi-Bulan sejajar. 

"Hal ini terjadi saat Bulan berada di umbra Bumi, yang berakibat, saat puncak Gerhana Bulan Total terjadi, Bulan akan terlihat berwarna merah, terkenal dengan istilah Blood Moon," katanya dalam siaran pers. 

Karena posisi Bulan saat terjadi gerhana berada di posisi terdekat dengan Bumi alias perigee, maka Bulan akan terlihat lebih besar dari fase-fase purnama biasa atau sering disebut dengan Super Moon. 

Sehingga, Gerhana Bulan Total pada 26 Mei 2021 dikenal juga dengan Super Blood Moon, karena terjadi saat bulan di perigee.

Baca Juga: Cuaca besok di Jawa dan Bali: Semarang berawan, Bandung cerah berawan

Fase-fase Gerhana Bulan Total yang akan terjadi 26 Mei 2021 adalah:

  • Fase (P1) Awal Gerhana Bulan mulai pukul 15.46.12 WIB yang melintas memotong Papua bagian tengah, sehingga pengamat di Papua dapat menyaksikan seluruh proses terjadinya Gerhana Bulan Total ini.
  • Fase (U1) Gerhana Bulan Sebagian mulai pukul 16.44.38 WIB melintas memotong Pulau Sulawesi dan Nusa Tenggara, sehingga pengamat di wilayah Indonesia Timur, Pulau Sulawesi bagian Timur dan Nusa Tenggara Timur dapat menyaksikan kejadian ini.
  • Fase (U2) Gerhana Bulan Total mulai masuk pukul 18.09.21 WIB melintas memotong Provinsi Riau dan Sumatra Barat, sehingga seluruh pengamat di Indonesia dapat mengamati awal fase totalitas ini, kecuali di sebagian Riau, Sumatra Barat, Sumatra Utara, dan Aceh.
  • Fase Puncak Gerhana Bulan terjadi pukul 18.18.43 WIB dapat disaksikan di seluruh wilayah Indonesia, kecuali di sebagian kecil Riau, sebagian Sumatra Barat, Sumatra Utara, dan Aceh.
  • Fase (U3) Gerhana Bulan Total berakhir pukul 18.28.05 WIB melintas membelah Sumatra Utara, sehingga pengamat di seluruh wilayah Indonesia, kecuali sebagian Sumatra Utara dan Aceh, dapat menyaksikan fenomena ini.
  • Fase (U4) Gerhana Bulan Sebagian berakhir pukul 19.52.48 WIB dapat disaksikan di seluruh wilayah Indonesia.
  • Fase (P4) Gerhana Bulan berakhir pukul 20.51.14 WIB dapat disaksikan di seluruh wilayah Indonesia.

"Seluruh proses gerhana, sejak fase awal (P1) hingga fase akhir (P4) akan berlangsung selama 5 jam 5 menit dan 2 detik," ujar Rahmat. 

Baca Juga: Cuaca besok di Jabodetabek cerah, Tangerang berpotensi hujan ringan

Sedangkan proses gerhana totalnya, sejak awal fase total (U2), puncak total hingga akhir fase total (U3) akan berlangsung selama 18 menit 44 detik.

Menurut Rahmat, Gerhana Bulan Total ini bisa masyarakat saksikan jika kondisi cuaca cerah-berawan. Dan, aman masyarakat saksikan oleh masyarakat dengan mata telanjang, tanpa harus menggunakan kaca mata khusus gerhana.

Pada puncak gerhananya, di sebagian besar wilayah Indonesia posisi Bulan dekat dengan horizon di bagian Timur. Sehingga, memungkinkan pengamat untuk mengabadikan kejadian gerhana ini dengan latar depan bangunan yang bersejarah atau ikonis.

"Masyarakat yang berada di pesisir atau pinggir laut atau pantai perlu mewaspadai terjadinya pasang air laut yang lebih tinggi dari pasang normalnya," ungkap Rahmat.

Selanjutnya: Apakah Indonesia tengah dilanda gelombang panas? Begini penjelasan BMKG

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×