Reporter: Ratih Waseso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kandidat vaksin merah putih yang dikembangkan Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman kini telah diserahkan secara bertahap ke PT Bio Farma (Persero).
Direktur Utama Bio Farma, Honesti Basyir, mengatakan, pihaknya sudah menyiapkan berbagai macam fasilitas dari pengembangan hingga tahap produksi vaksin merah putih.
Antisipasi juga sudah dilakukan jika fasilitas produksi di Bio Farma tidak mencukupi untuk proses fill and finish vaksin merah putih nantinya. Dimana saat ini Bio Farma juga tengah memproduksi vaksin Covid-19 dari Sinovac.
"Kalau ngga mencukupi kita akan kerjasama dengan industri farmasi swasta. Kami sudah seleksi dan komunikasi dengan industri farmasi mana dari mereka yang bisa cepat diupgrade untuk fasilitas produksinya, jadi kemungkinan kemitraan," jelas Honesti dalam konferensi pers virtual bersama BPOM pada Jumat (16/4).
Baca Juga: Pemerintah dan Kadin optimistis vaksinasi Covid-19 percepat pemulihan ekonomi
Sinergi antara BUMN bersama swasta menjadi satu kesatuan sebagai upaya kemandirian vaksin dan percepatan agar Indonesia segera keluar dari pandemi yang sudah setahun lebih berlangsung.
Sementara itu, Kepala LBM Eijkman, Prof Amin Subandrio menerangkan, vaksin yang dikembangkan pihaknya bersama Bio Farma menggunakan platform protein rekombinan. Saat ini sudah dilakukan penyerahan seed atau kandidat vaksin ke Bio Farma secara bertahap untuk dilakukan uji pre klinik dan lainnya.
"Kami sedang dalam proses pengalihan secara smooth dari skala RND ke skala industri. Proses berikutnya akan lebih banyak dilakukan oleh teman-teman dari Biofarma, namun Lembaga Eijkman tidak langsung lepas tangan, tapi akan ikut serta dalam pengembangan selanjutnya sampai dengan uji klinik fase 1, 2 dan 3," jelasnya Amin.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K. Lukito menjelaskan, saat ini dari enam pengembang vaksin merah putih sudah ada dua pengembang yang mulai masuk ke skala industri. Pertama ialah vaksin merah putih yang dikembangkan oleh LBM Eijkman bersama Bio Farma, kedua vaksin merah putih yang dikembangkan Universitas Airlangga (Unair) dengan PT Biotis.
Baca Juga: Menkes Budi Gunadi alokasikan Rp 400 miliar untuk pengembangan vaksin Covid-19
Untuk vaksin merah putih yang dikembangkan LBM Eijkman ditargetkan akhir semester I tahun 2022 sudah dapat memperoleh emergency use authorization (EUA). Kemudian akan mulai diproduksi masal pada semester II tahun depan.
"Akhir semester satu dapatkan EUA, maka artinya uji klinik fase 3 sudah selesai. Dan semester kedua 2022 sudah bisa diproduksi, dan disiapkan fasilitas produksi yang nantinya akan bermitra dengan industri farmasi swasta. Mudah-mudahan bisa ada percepatan," ungkap Penny.
Adapun untuk vaksin merah putih yang dikembangkan Unair dengan PT Biotis, Penny menjelaskan kini sudah masuk tahap preklinik. Ditargetkan kuartal empat tahun ini uji klinik tahap tiga bisa selesai.
Baca Juga: Dukung penanganan Covid-19, BPOM kawal pengembangan vaksin di Indonesia
"Ini menggunakan paltform inactivated virus. Ini targetnya kuartal IV 2021 uji klinik selesai, jadi awal 2022 bisa diproduksi secara masal. BPOM juga sedang dampingi juga PT Biotis untuk GMP (Good Manufacturing Practice) bisa dipenuhi beberapa bulan depan," ujarnya.
Sebagai informasi, enam institusi yang mengembangkan vaksin Covid-19 Merah Putih, yakni LBM Eijkman, LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, dan Universitas Airlangga.
Selanjutnya: Satgas Covid-19: Vaksin Nusantara dikembangkan di Amerika, diujicoba di Indonesia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News