Reporter: Siti Masitoh | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mewaspadai inflasi kelompok volatile food atau inflasi pangan yang sudah mulai meningkat beberapa waktu terakhir.
Ia membeberkan, harga-harga pangan yang bergejolak pada beberapa waktu terakhir mulai meningkat, bahkan pada Oktober 2025 meningkat menjadi 6,59%, terutama didorong peningkatan harga beberapa komoditas bahan pokok seperti cabai merah, dan telur ayam ras.
Global Markets Economist Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto menilai, kondisi tersebut wajar terjadi pada periode musim hujan. Setelah masa panen berlalu dan musim hujan berlangsung, harga pangan cenderung merangkak naik karena adanya gangguan dari sisi suplai produksi serta kendala distribusi di lapangan.
Terkait perkembangan ke depan, ia menyampaikan bahwa tingginya inflasi volatile food diproyeksikan dapat berlangsung hingga Maret 2026.
Baca Juga: MK Tolak Gugatan Pajak Pensiun dan Pesangon, Begini Kata Ditjen Pajak
“Itu karena pada bulan tersebut ada Lebaran, terus juga bulan Februari 2026 ada bulan puasa ya (yang mendorong banyak permintaan),” tutur Myrdal kepada Kontan, Jumat (14/11/2025).
Ia menambahkan, pada Januari 2025 permintaan juga cenderung meningkat akibat musim hujan, dan pada Desember 2025 terjadi puncak musim liburan akhir tahun. Meski demikian, ia menilai inflasi secara umum untuk tahun depan masih relatif terjaga.
Ia memproyeksikan inflasi tahun depan berada di kisaran 2,6% secara year-on-year. Ia menilai bahwa kondisi tersebut tidak akan banyak mempengaruhi daya beli. Menurutnya, daya beli masyarakat justru menunjukkan perbaikan, terutama pada pembelian barang tahan lama atau durable goods.
Myrdal juga menambahkan bahwa pembelian emas perhiasan menjadi salah satu pendorong utama inflasi Indonesia. Selain itu, penjualan sepeda motor mulai meningkat secara bertahap.
“Pembelian mobil pada Oktober 2025 juga tercatat naik cukup tinggi dibandingkan bulan sebelumnya, bahkan menjadi yang tertinggi secara bulanan sepanjang tahun 2025.” Jelasnya.
Lebih lanjut, Myrdal membeberkan, karena faktor-faktor tersebut bersifat musiman, ia menilai dampaknya terhadap daya beli masih minim.
Baca Juga: Bakal Bubarkan Satgas BLBI, Purbaya Pastikan Penagihan Tetap Berlanjut
Dalam kesempatan berbeda, Kepala Departemen Riset Makroekonomi dan Pasar Keuangan, Bank Permata Faisal Rachman menilai, apabila melihat data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS) terakhir, di bulan November 2025 hingga hari ini Jumat (14/11/2025), inflasi pangan secara umum sudah mencatatkan deflasi.
“Namun sebagian komoditas masih mencatatkan inflasi, seperti daging sapi, telur ayam, dan bawang merah. Tapi inflasinya jika dibanding bulan lalu sudah sangat mengecil,” jelasnya.
Faisal menjelaskan, terdapat beberapa faktor yang membuat inflasi pangan cenderung persisten, seperti anomali cuaca, serta tingginya permintaan dari sisi pemenuhan makan bergizi gratis (MBG) dan permintaan seasonal menjelang akhir tahun.
Ke depan, ia memperkirakan inflasi pangan perlu untuk terus diwaspadai apalagi permintaan terkait MBG tahun depan akan melonjak.
“Kebijakan MBG harus diikuti kebijakan ketahanan pangan yang efektif pula agar inflasi pangan dapat terus terjaga,” tandasnya.
Selanjutnya: Penjualan Pakaian Lokal Naik 10% Berkat Larangan Impor Pakaian Bekas
Menarik Dibaca: Mapple Finance Menempati Puncak Kripto Top Gainers saat Pasar Ambles
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













