Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca dagang pada bulan Mei surplus US$ 69,9 juta. Bank Indonesia (BI) meyakini surplus tersebut akan terus berlanjut pada bulan Juni dan seterusnya.
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan neraca non migas akan terus mengalami surplus. Apabila pada bulan April kemarin neraca non migas mencatatkan defisit US$ 901,5 juta hanya bersifat sementara.
Ini terbukti dari neraca non migas yang kembali mencatat surplus US$ 1,4 miliar. April kemarin defisit karena ekspor crude palm oil (CPO) atawa minyak kelapa sawit yang memang turun. Lalu juga ada impor ponsel serta bahan makanan menjelang Lebaran.
"Konteksnya seperti itu. Tren surplus masih akan terus terjadi," ujar Perry di Jakarta, Rabu (2/7).
Mengenai ekspor CPO yang memang menjadi pendorong surplus Mei, menurut dirinya akan terus berlanjut. Permintaan CPO dari negara-negara mitra dagang akan terus terjadi, meskipun dari sisi harga tidak menunjukkan perbaikan yang signifikan.
Untuk neraca migas, diakui Perry, memang akan sulit. Impor minyak tetap akan meningkat menjelang Lebaran.
Mengenai berapa besaran surplus yang bisa terjadi pada bulan Juni, Perry masih belum menjelaskan lebih lanjut. "Saya belum bicara angka tapi tren surplus akan terjadi," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News