kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

BI tidak akan intervensi rupiah


Selasa, 22 Maret 2011 / 21:25 WIB
BI tidak akan intervensi rupiah
ILUSTRASI. Layar pergerakan harga saham Bursa Efek Indonesia di Jakarta


Reporter: Bambang Rakhmanto | Editor: Djumyati P.

JAKARTA. Bank Indonesia (BI) tidak akan melakukan intervensi terhadap rupiah. Sekadar catatan rupiah terus menguat sejak empat tahun terakhir.

Kepala Biro Humas BI Difi Ahmad Johansyah menjelaskan BI belum akan melakukan apa-apa terhadap penguatan rupiah saat ini. “Aliran dana asing ini akan berlangsung lama karena, ekspektasi ekonomi Indonesia di mata asing dinilai positif,” ujarnya, saat dihubungi Kontan Selasa (22/3).

Menurut Difi mata uang Indonesia saat ini masih dipantau cukup aman. Hal ini karena mata uang di negara-negara Kawasan Asia Tenggara juga ikut menguat. Sementara Menteri Keuangan Agus Martowardojo menganggap sesuatu yang normal terhadap sikap BI yang tidak akan lakukan intervensi terhadap rupiah.

“Saya pikir itu masih dibatas yang normal karena kita sampai dengan tahun 2010 apresiasinya terhadap rupiah hanya 4,4% pada saat itu negara-negara lain diatas 10% jadi kalau sekarang ada penyesuaian lagi tidak apa-apa dan itu sudah diantisipasi oleh kita semua,” ujarnya.

Senada dengan Menkeu, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Bambang Brojonegoro mengaku tidak khawatir. “Penguatan rupiah saat ini tidak terpengaruh terhadap daya saing ekspor sampai bulan ini belum ada efek negatif jadi masih ada rung untuk apresiasi rupiah,” imbuhnya.

Bambang mengaku yang penting ekspor belum terganggu. “Bahkan impor jadi tertolong, impor kita masih gede untuk manufaktur dengan apresiasi rupiah berarti lebih murah barang impor, lebih membuat barang ekspor bisa lebih kompetitif,” ujarnya.

Menanggapi soal apresiasi rupiah terhadap ekspor Deputi Menko Perekonomian Bidang Perindustrian Dan Perdagangan Edi Putra Irawadi mengaku belum ada pengaruhnya. “Pengaruhnya dapat terlihat 2-3 bulan ke depan karena kontrak itu terealisasi belakangan, kecuali yang punya hubungan principal dan subsidiary,” terangnya.

Pengamat ekonomi Danareksa Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan BI harus menghitung ulang mengenai menguatnya rupiah. “Saya melihat nilai tukar fundamental rupiah tidak di bawah Rp 9.000 semakin dia biarkan menguat semakin jauh dari deviasinya dari nilai tukar,” tuturnya.

Purbaya menilai kondisi ini seperti perangkap jika sewaktu-waktu ada koreksi rupiah pada beberapa bulan ke depan. “Pada kondisi seperti itu membuat ekonomi kita sulit untuk beradaptasi karena tidak siap,” jelasnya. Jadi BI harus hati-hati dengan permainan ini mereka harus melihat survey ekspor bagaimana perkembangannya dari hari ke hari.

“Jika dibiarkan akan banyak eksportir yang menjelma menjadi importir karena barang importir bisa lebih murah, produk impor dari asing makin lama akan makin banyak, jika dibiarkan kita tinggal tunggu waktu saja dari hari-hari,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×