kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BI sebut pentingnya pembahasan kembali mata uang digital saat presidensi G20


Senin, 06 Desember 2021 / 17:24 WIB
BI sebut pentingnya pembahasan kembali mata uang digital saat presidensi G20
ILUSTRASI. BI sebut pentingnya pembahasan kembali mata uang digital saat presidensi G20


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI)  Dody Budi menekankan, sangat penting untuk mengangkat kembali pembahasan mata uang digital atau Central Bank Digital Currency (CBDC) secara lebih serius saat Presidensi G20 Indonesia di pada 2022.

Sebab, akan ada beberapa risiko yang berdampak serius terhadap makro ekonomi jika tidak diantisipasi, dan isu ini juga akan banyak diangkat serta mendapat dukungan dari berbagai negara lain yang akan turut hadir.

“Mata uang digital ini menjadi isu yang banyak diangkat dan dapat dukungan dari banyak negara. Untuk Indonesia bahwa sebagai prioritas,” tutur Dody, dalam  KONTAN Webinar bertajuk Presidensi G20 – Manfaat bagi Indonesia dan Dunia, Senin (6/12).

Selain itu, Dody juga menekankan, risiko utama jika tidak diantisipasinya keberadaan mata uang digital termasuk keharusan adanya rupiah digital adalah tidak terdatanya dengan baik aliran uang yang berada di masyarakat.

Baca Juga: 4 Mata uang kripto yang meroket melampaui Bitcoin, bukan Shiba Inu atau Dogecoin

Menurutnya, tanpa adanya monitor yang kuat, akan sulit melihat pergerakannya, karena aliran uang bergerak sangat cepat.

Sementara itu, jika aliran uang itu tidak terdata dengan baik, maka dipastikannya akan sangat berpengaruh terhadap pola permintaan atau konsumsi masyarakat, khususnya berkaitan dengan inflasi.

Di sisi lain, banyak negara dengan mata uang digital ini juga telah berpengaruh terhadap efektivitas pengendalian aliran modal, khususnya yang berkaitan dengan capital flows management.

Baca Juga: 3 Alasan mengapa harga Bitcoin anjlok di bawah US$ 50.000

“Kalau tekanan kepada nilai tukar itu sangat-sangat tinggi terpaksa harus CFM. Tapi kalau aliran dana modalnya itu melalui digital currency tanpa ada tekanan ke nilai tukar pun sudah menyulitkan bank sentral,” jelas Dody.

Maka dari itu, dirinya menekankan, selama Presidensi G20 pada 2022 nanti, BI bersama dengan otoritas lainnya akan menekankan pentingnya pembahasan CBDC ini agar lebih konkret lagi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×