kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

BI sebut penguatan rupiah karena faktor ketidakpastian global


Kamis, 12 Desember 2019 / 17:44 WIB
BI sebut penguatan rupiah karena faktor ketidakpastian global
ILUSTRASI. Pekerja menghitung uang Dollar Amerika Serikat dan Rupiah di sebuah tempat penukaran uang di Jakarta, Kamis (28/3/2019).


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah memiliki kecenderungan melemah pada akhir tahun. Namun, sebaliknya, data Bloomberg mengatakan pada hari ini (12/12), menunjukan bahwa nilai tukar rupiah ditutup menguat di level Rp 14.033 per dolar Amerika Serikat (AS) atau menguat 0,04% dibandingkan penutupan kemarin yang sebesar Rp 14.038 per dolar AS.

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo membenarkan bahwa biasanya tren rupiah melemah pada akhir tahun. Hal ini disebabkan oleh ada permintaan akan valuta asing (valas) yang meningkat untuk keperluan akhir tahun dan awal tahun guna memulai impor.

Baca Juga: Rupiah ditutup menguat 0,04% di level Rp 14.033 per dolar AS

Namun, Dody menuturkan bahwa pada akhir tahun 2019 ini ada yang lebih kuat dari faktor musiman tersebut, yaitu adanya masalah ketidakpastian global akibat perang dagang antara AS dan China yang memengaruhi nilai tukar di negara berkembang, termasuk Indonesia.

"Trade tension ini kan kadang on dan kadang off, sementara saat ini masih on, sehingga ada penguatan di negara berkembang. Jadi, ini sangat bergantung juga pada kondisi global," ujar Dody pada Selasa (10/12) di Jakarta.

Selanjutnya, BI juga memiliki kebijakan Domestic Non Delivery Forward (DNDF). DNDF ini merupakan transaksi derivatif valuta asing (valas) terhadap rupiah yang standard (plain vanilla), berupa transaksi forward dengan mekanisme fixing yang akan dilakukan di pasar domestik.

Baca Juga: Kasus Meikarta, KPK panggil bos Lippo Group James Riady

Menurut Dody, DNDF ini biasanya diminati ketika rupiah melemah. "Ini kan untuk hedging. Saat rupiah melemah, biasanya peminatnya besar. Sementara pada saat rupiah menguat seperti ini, ya rata-rata mereka tidak mengandalkan hedging," kata Dody.

Hingga akhir tahun 2019, Dody berharap bahwa rupiah bisa terus ada di bawah Rp 14.000 meski saat ini masih mengalami penguatan. Namun, ia juga meminta untuk tetap waspada karena kondisi ini masih sangat tergantung pada kondisi global yang menyebabkan volatilitas nilai tukar rupiah.

Baca Juga: Rupiah masih melemah 0,02% di level Rp 14.041 per dolar AS (Pukul 10.04 WIB)

Ia pun menambahkan, bahwa BI akan turun melalui intervensi kalau dirasa volatilitas rupiah eksesif atau berlebihan. Namun, bila pergerakannya dirasa normal, maka BI akan membiarkannya. "Kalau normal ya dibiarkan karena nilai tukar ini sistemnya fleksibel. Jadi, bergerak sesuai mekanisme pasar," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×