kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45887,73   13,33   1.52%
  • EMAS1.360.000 0,74%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BI Sebut Penguatan Mata Uang Dolar AS Perlu Diwaspadai


Selasa, 04 Juni 2024 / 05:35 WIB
BI Sebut Penguatan Mata Uang Dolar AS Perlu Diwaspadai
Calon Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti menyapa pendukungnya saat mengikuti uji kelayakan dan kepatutan dengan Komisi XI DPR di kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (3/6/2024). Destry Damayanti mengikuti uji kelayakan dan kepatutan calon setelah menjadi kandidat tunggal Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia yang diusulkan Presiden Joko Widodo. ANTARA FOTO/Galih Pradipta/tom.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti mengingatkan bahwa Indonesia perlu mewaspadai penguatan dolar Amerika Serikat (AS) terhadap mata uang lainnya, termasuk rupiah atau indeks dolar AS (DXY).

"Salah satu tantangan global yang harus kita waspadai adalah tren penguatan dolar AS terhadap mata uang lainnya atau DXY," ujar Destry dihadapan Komisi XI DPR RI, Senin (3/6).

Destry menyebut, DXY terus mengalami peningkatan dan di lain pihak menyebabkan mata uang Asia termasuk rupiah mengalami tekanan.

Baca Juga: BI Mewaspadai Penguatan Mata Uang Dolar AS

"Ini hampir terjadi di seluruh mata uang dunia, termasuk rupiah di tengah suku bunga higher for longer," katanya.

Dirinya tak menampik bahwa rupiah memang mengalami pelemahan. Namun, depresiasi yang terjadi di rupiah lebih baik jika dibandingkan dengan negara lainnya.

"Memang Indonesia year to date (ytd) mengalami pelemahan hingga 3,86%. Namun dibanding regional, depresiasi yang terjadi di rupiah jauh lebih manageable (dapat dikelola) dibandingkan dengan negara-negara lainnya," katanya.

Baca Juga: Petrindo Jaya (CUAN) Ubah Laporan Keuangan Dalam Mata Uang Dollar AS

Misalnya Won Korea yang mengalami pelemahan sebesar 5,43%, baht Thailand melemah 6,08%, serta Turki yang melemah 9,19%.

Oleh karena itu, meski pencapaian ekonomi Indonesia relatif solid, namun Indonesia tidak boleh terlena dengan pencapaian ekonomi saat ini. Pasalnya, tantangan volatility, uncertainty, complexity and ambiguity (VUCA) itu masih ada, baik dari global maupun domestik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×