CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.527.000   14.000   0,93%
  • USD/IDR 15.675   65,00   0,41%
  • IDX 7.287   43,33   0,60%
  • KOMPAS100 1.121   3,73   0,33%
  • LQ45 884   -2,86   -0,32%
  • ISSI 222   1,85   0,84%
  • IDX30 455   -2,30   -0,50%
  • IDXHIDIV20 549   -4,66   -0,84%
  • IDX80 128   0,06   0,05%
  • IDXV30 138   -1,30   -0,94%
  • IDXQ30 152   -0,90   -0,59%

BI Mewaspadai Penguatan Mata Uang Dolar AS


Senin, 03 Juni 2024 / 15:57 WIB
BI Mewaspadai Penguatan Mata Uang Dolar AS
ILUSTRASI. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (kiri) didampingi Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur BI di Kantor BI, Jakarta, Kamis (21/12/2023). Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia bulan Desember 2023 memutuskan untuk mempertahankan BI rate sebesar 6,00 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25 persen dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75 persen. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/Spt.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti mengingatkan bahwa Indonesia perlu mewaspadai penguatan dolar Amerika Serikat (AS) terhadap mata uang lainnya, termasuk rupiah atau indeks dolar AS (DXY).

"Salah satu tantangan global yang harus kita waspadai adalah tren penguatan dolar AS terhadap mata uang lainnya atau DXY," ujar Destry dihadapan Komisi XI DPR RI, Senin (3/6).

Destry menyebut, DXY terus mengalami peningkatan dan di lain pihak menyebabkan mata uang Asia termasuk rupiah mengalami tekanan.

Baca Juga: Rupiah Kembali ke Rp 16.000, Begini Potensi Pergerakan Rupiah Hingga Tengah Tahun

"Ini hampir terjadi di seluruh mata uang dunia, termasuk rupiah di tengah suku bunga higher for longer," katanya.

Dirinya tak menampik bahwa rupiah memang mengalami pelemahan. Namun, depresiasi yang terjadi di rupiah lebih baik jika dibandingkan dengan negara lainnya.

"Memang Indonesia year to date (ytd) mengalami pelemahan hingga 3,86%. Namun dibanding regional, depresiasi yang terjadi di rupiah jauh lebih manageable (dapat dikelola) dibandingkan dengan negara-negara lainnya," katanya.

Baca Juga: Gejolak Ekonomi Pengaruhi Penerimaan Negara, Perlu Tambah Utang Baru?

Misalnya Won Korea yang mengalami pelemahan sebesar 5,43%, baht Thailand melemah 6,08%, serta Turki yang melemah 9,19%.

Oleh karena itu, meski pencapaian ekonomi Indonesia relatif solid, namun Indonesia tidak boleh terlena dengan pencapaian ekonomi saat ini. Pasalnya, tantangan volatility, uncertainty, complexity and ambiguity (VUCA) itu masih ada, baik dari global maupun domestik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×