Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat posisi cadangan devisa Indonesia pada bulan Agustus 2014 sebesar US$ 111,2 miliar atau naik US$ 700 juta dari bulan sebelumnya. BI menyebut kenaikan US$ 700 juta tersebut berasal dari penerimaan devisa hasil ekspor migas pemerintah yang melampaui pengeluaran untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Ekonom Mandiri Destry Damayanti menilai, kenaikan cadangan devisa pada bulan Agustus adalah hal yang positif mengingat defisit migas Indonesia masih besar. Asal tahu saja, defisit migas pada bulan Juli sebesar US$ 1,61 miliar atau naik hingga 166,28% dibanding defisit bulan sebelumnya US$ 604,3 juta.
Dirinya menjelaskan, kemungkinan besar pada bulan Agustus impor setelah periode Lebaran kembali normal. Kinerja ekspor khususnya ekspor manufaktur pun menunjukkan peningkatan.
Destry menilai, salah satu pendongkrak terbesar cadangan devisa naik adalah arus modal masuk alias inflow. Berdasarkan data, inflow pada bulan Agustus di surat utang pemerintah atawa bond sebesar Rp 12 triliun, sedangkan pada saham terjadi arus keluar alias outflow sebesar Rp 1 triliun.
Dari awal tahun hingga sekarang, menurut Destry, total inflow mencapai Rp 170 triliun. Terdiri dari bonds senilai Rp 114 triliun dan saham sebesar Rp 56 triliun.
Ke depan, dirinya perkirakan kondisi politik akan mempengaruhi inflow. "September mulai keluar nama-nama menteri. Itu bisa pengaruhi sentimen pasar," ujar Destry ketika dihubungi KONTAN, Jumat (5/9). Juga ada pengaruh sentimen Bank Sentral Amerika The Fed yang bisa membuat terjadinya outflow.
Kepala Ekonom BII Juniman berpendapat peningkatan cadev ini akan memberi sentimen positif bagi investor asing untuk masuk ke Indonesia. Terkait pengaruhnya terhadap penguatan rupiah, Juniman mengakui, pergerakan rupiah saat ini dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Pertama, kondisi ekonomi global. Apakah Amerika akan terus mengalami perbaikan. Kedua, faktor dari dalam negeri yaitu kondisi neraca dagang dan transaksi berjalan.
Menurut Juniman, rupiah dalam sepekan ke depan akan bergerak pada level 11.650-11.800 per dolar Amerika Serikat. Hingga akhir tahun sendiri, rupiah akan berada dalam level 11.800. "Ekonomi Amerika membaik, berikan ekspektasi bagi investor bahwa The Fed akan naikkan suku bunga," tukas Juniman.
Untuk cadangan devisa sendiri, Juniman optimis hingga akhir tahun akan berada pada level US$ 114 miliar. Inflow yang masih terus masuk serta adanya penerbitan global sukuk senilai US$ 1,5 miliar menjadi penyebab.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News