Reporter: Bidara Pink | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mengaku akan tetap terus memberikan fasilitas dalam mengatasi permasalahan yang ada di sektor struktural atau sektor riil yang saat ini masih memegang peranan penting bagi perekonomian Indonesia.
Selama ini, perekonomian Indonesia baru bisa tumbuh di kisaran 5%. BI mengungkapkan memang ada beberapa hal yang membuat laju pertumbuhan bergerak melambat.
Salah satunya adalah tentang melebarnya current account deficit (CAD) yang juga diikuti dengan tekanan khususnya dari nilai tukar karena impor yang terus meningkat. Lalu, ada juga kendala dari inflasi yang masih naik.
Baca Juga: Cara BI turut menggenjot kinerja manufaktur
"Memang melihat dari potensi kendala tersebut, potensi naik level pertumbuhan ekonomi Indonesia masih seret," kata Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo pada Rabu (4/9) di Jakarta.
BI juga melihat adanya tekanan ekonomi global yang masih memperberat kenaikan ekonomi Indonesia. Oleh karena itu, BI mencoba untuk memberi stimulus ekonomi, apalagi saat melihat ada ruang untuk menurunkan suku bunga terbuka.
Oleh karena itu, BI menurunkan suku bunga sebanyak 2 kali sebesar 50 basis poin menjadi 5,5% dalam beberapa bulan terakhir. Ini juga diiringi harapan agar bisa disambut baik pelaku ekonomi dan penunjang kegiatan ekonomi untuk kembali bergairah dalam menjalankan usahanya.
Baca Juga: Bank Indonesia: Pertumbuhan manufaktur harusnya bisa 7%
Selain itu, BI juga akan terus hadir dengan kebijakan makroprudensial yang sifatnya akomodatif dengan tujuan meningkatkan likuiditas perbankan, juga mendorong perbankan meningkatkan lendingnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News