kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.200   -20,00   -0,12%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

BI perlu langkah antisipatif menguatkan rupiah


Selasa, 18 Agustus 2015 / 21:53 WIB
BI perlu langkah antisipatif menguatkan rupiah


Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menilai positif rencana kebijakan BI dalam menguatkan rupiah. BI perlu mempunyai langkah antisipatif dan keberlanjutan untuk menstabilkan rupiah.

Menurut David, penyaluran kredit memang lemah. Maka dari itu, BI perlu mempunyai instrumen jangka pendek sebagai wadah perbankan untuk menaruh uangnya. Jangan sampai kelebihan likuditas tersebut digunakan sebagai alat spekulasi.

Untuk SBI yang akan dibuatkan tenor jangka panjang, David menilai investor asing melihat pada kondisi eksternal dan pergerakan rupiah. "Ini mirip yang dilakukan 2009. Memang perlu langkah antisipatif," jelasnya, Selasa (18/8).

Adapun untuk pembelian valas dengan underlying yang diturunkan, yang menjadi catatan adalah pada underlying-nya. Investor atau pengusaha bisa saja membeli dollar namun harus jelas peruntukannya.

Kalau tujuannya untuk aktivitas ekspor dan impor tidak menjadi masalah. Namun, kata David, kalau di luar itu dikhawatirkan ada unsur spekulasi sehingga BI harus berhati-hati.

Sebagai informasi, BI akan mengeluarkan sejumlah kebijakan untuk menguatkan rupiah dalam jangka pendek. Pertama, menggeser tenor instrumen moneter BI di Deposit Facility atau yang dikenal dengan Fasbi yang sebelumnya bersifat overnight atau satu malam ke arah 1 minggu, 3 minggu, 1 bulan, hingga 3 bulan.

Dalam catatan BI, kelebihan likuditas perbankan di BI mencapai sekitar Rp 240 triliun di mana yang di-overnight-kan di Fasbi sekitar Rp 110 triliun.
Nominal yang cukup besar ini apabila tidak dijaga dan ditampung dalam suatu instrumen akan menyebabkan tekanan pada rupiah. Kedua, BI akan kembali menerapkan lelang instrumen Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 9 bulan. SBI dengan tenor 9 bulan ini sebelumnya ditutup oleh BI karena sepi peminat.

Namun, saat ini BI melihat instrumen dengan tenor yang lebih panjang sangat penting untuk menambah pasokan valuta asing (valas). Saat ini SBI yang ada adalah tenor jangka pendek seperti 1 dan 3 bulan.

Ketiga, untuk operasi moneter valuta asing (Valas), BI melihat adanya kenaikan simpanan masyarakat di bank dalam bentuk valas. Selama ini bank-bank menyimpan uang tersebut dalam bentuk nostro dan call money. BI akan melakukan suatu peningkatan operasi melalui term deposit valas yang dari sisi tenornya akan dibuat lebih efektif.

Keempat, BI menurunkan transaksi pembelian dollar yang sebelumnya harus menggunakan underlying adalah di atas US$ 100 ribu sekarang menjadi di atas US$ 25.000.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×