Reporter: Bidara Pink | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah hingga kini masih mengalami gejolak yang tinggi. Bank Indonesia (BI) mencatat, dari posisi akhir Desember 2019 hingga 16 September 2020, nilai tukar rupiah terdepresiasi 6,42% atas dolar AS.
Gubernur BI Perry Warjiyo pun mengatakan, pergerakan nilai tukar rupiah atas dolar AS bila dibandingkan dengan akhir Juli 2020 ini juga mengalami depresiasi sebesar 1,58% point to point.
"Pelemahan rupiah pada Agustus 2020 dan September 2020 antara lain dipengaruhi oleh masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan, baik karena faktor global maupun sejumlah risiko domestik," kata Perry, Kamis (17/9).
Baca Juga: Perkasa, rupiah spot ditutup menguat 0,67% ke Rp 14.735 per dolar AS pada hari ini
Meski begitu, Perry optmistis nilai tukar rupiah bakal berpotensi kembali menguat. Hal ini seiring dengan tingkat fundamental yang masih undervalued didukung oleh sejumlah faktor.
Seperti inflasi yang rendah, defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) yang juga akan menyempit, daya tarik aset keuangan Indonesia yang tinggi, dan premi risiko yang akan menurun ke depannya.
Selain itu, bank sentral juga akan sigap dalam memperkuat kebijakan stabilitas pengelolaan nilai tukar rupiah, sesuai dengan fundamentalnya. BI juga akan bekerja dalam meaknisme pasar, lewat penguatan efektivitas operasi moneter dan ketersediaan likuiditas di pasar.
Selanjutnya: Ini beberapa jurus BI untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News