Reporter: Bidara Pink | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin (bps) dalam Rapat Dewan Gubernur BI Agustus 2022 ke level 3,75%. Ini adalah kali pertama BI menaikkan suku bunga acuannya setelah suku bunga acuan bergerak di level terendahnya, yaitu 3,5%, sejak Februari 2021, untuk mendorong pemulihan ekonomi di tengah hantaman pandemi Covid-19.
Selain mengerek suku bunga acuan, bank sentral juga menaikkan suku bunga deposit facility sebesar 25 bps menjadi 3% dan suku bunga lending facility sebesar 25 bps menjadi 4,5%.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, keputusan ini seiring dengan upaya BI dalam memitigasi risiko peningkatan inflasi inti dan ekspektasi inflasi.
Baca Juga: Indonesia C.Bank Hikes Rates for First Time Since 2018 to Temper Inflation
“Ini sebagai langkah preemptive dan forward looking, memitigasi risiko peningkatan inflasi inti dan ekspektasi inflasi akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) non subsidi dan inflasi pangan bergejolak,” tegas Perry dalam pembacaan hasil Rapat Dewan Gubernur BI Agustus 2022, Selasa (23/8) secara daring.
Perry melanjutkan, langkah ini juga memperkuat kebiajkan stabilitas nilai tukar rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya, di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi meski pertumbuhan ekonomi domestik makin kuat.
Perry merinci, terkait inflasi, BI melihat inflasi secara fundamental yang tercermin dari inflasi inti. Dengan melihat kondisi terkini, Perry meyakini inflasi inti bisa melampaui batas atas sasaran BI yang sebesar 4% yoy.
“Inflasi inti bisa di 4,15% yoy. Kenaikan risiko inflasi inti dan ekspektasi inflasi ini rembetan dari kenaikan inflasi harga bergejolak dan diatur pemerintah. Ini yang kami respon dengan meningkatkan suku bunga acuan,” tutur Perry, Selasa (23/8).
Padahal, pada pertemuan sebelumnya, BI masih meyakini inflasi inti pada tahun 2022 akan bergerak di kisaran sasaran BI yang sebesar 2% yoy hingga 4% yoy, sehingga bisa memberi ruang untuk BI menahan suku bunga acuan selama beberapa waktu.
Kemudian, alasan lain bagi BI untuk mulai menaikkan suku bunga pada bulan ini adalah pertumbuhan ekonomi yang mulai solid. Ini tercermin dari pertumbuhan ekonomi kuartal III-2022 yang sebesar 5,44% yoy, atau lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.
Pemulihan ekonomi ini juga diperkirakan terus berlanjut, seiring dengan perbaikan berbagai indikator dini. Sehingga, BI pun memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2022 bisa mencapai 5,5% yoy, atau kembali meningkat dari capaian pertumbuhan pada kuartal sebelumnya.
Baca Juga: BI Dinilai Berpotensi Menaikkan Suku Bunga Lagi, Ini Sebabnya
Perry melihat, ini menunjukkan kekuatan permintaan dalam negeri dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Inilah yang menjadi salah satu alasan bagi BI untuk akhirnya menaikkan suku bunga acuan.
Selanjutnya, alasan BI untuk menaikkan suku bunga acuan adalah untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah di tengah kondisi global yang tidak menentu.
Apalagi, dampak kebijakan suku bunga bank sentral negara maju berdampak pada terbatasnya aliran modal asing ke Indonesia dan memberi tekanan pada Rupiah.
BI juga melakukan triple intervention, yaitu intervensi di pasar spot, DNDF, dan pembelian surat berharga negara (SBN) di pasar sekunder saat investor asing melepas SBN. Namun, di sisi lain, BI juga melakukan penjualan SBN berjangka pendek
“Ini kami lakukan untuk memperkuat nilai tukar rupiah, agar imbal hasil ini menarik untuk jangka pendek. Sehingga, akan ada investasi portofolio yang masuk ke dalam negeri,” terang Perry.
Perry menyebutnya Operasi Twist. Dalam hal ini, ia juga bertujuan untuk menstabilkan pergerakan yield SBN agar ada dana asing yang masuk ke pasar keuangan dalam negeri, sehingga turut mendukung pemulihan ekonomi nasional dan mengurangi beban pemerintah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News