Sumber: Kompas.com | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mengakui Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang dihelat pada bulan ini diwarnai dengan pembahasan mengenai situasi global.
Namun demikian, bank sentral menegaskan bahwa kondisi perekonomian domestik, termasuk pertimbangan aspek makroekonomi, dalam keadaan baik dan stabil.
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan, bank sentral memperhatikan pengaruh dari pemilihan presiden di AS.
Menurut Perry, bank sentral terus mencermati segala ketidakpastian yang muncul setelah pesta demokrasi di Negeri Paman Sam tersebut.
Adapun fokus perhatian BI terkait ketidakpastian pasca pilpres AS meliputi tiga hal. Pertama adalah arah kebijakan fiskal di AS pasca terpilihnya Donald Trump dalam pilpres pekan lalu.
“Seberapa besar stimulus fiskal mendorong pertumbuhan ekonomi AS, tetapi juga akan menaikkan defisit fiskal sehingga mendorong suku bunga di AS,” ungkap Perry dalam konferensi pers RDG BI di Jakarta, Kamis (17/11).
Fokus kedua adalah arah suku bunga acuan Fed Fund Rate (FFR). Perry menyatakan, bank sentral sudah memasukkan dalam pertimbangan kebijakan BI bahwa The Fed akan menaikkan FFR sebanyak satu kali pada tahun 2016, dua kali pada tahun 2017, dan tiga kali pada tahun 2018 mendatang.
Adapun fokus ketiga adalah kebijakan proteksionisme yang kemungkinan bakal diterapkan oleh pemerintahan di bawah presiden terpilih AS.
Perry menuturkan, kemungkinan ada dampak secara tidak langsung juga yang akan dirasakan Indonesia. Yakni transmisi dampak dari China.
“Arah kebijakan itu terus kami cermati. Sampai sekarang itu masih tidak pasti, semoga menjelang akhir tahun dan awal tahun depan sudah ada kepastian sehingga kami bisa melakukan kalibrasi dan merespon dengan baik,” tutur Perry. (Sakina Rakhma Diah Setiawan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News