Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah mulai menguat. Mengutip Reuters, Jumat (7/9), nilai tukar rupiah tercatat sebesar Rp 14.890 per dollar AS. Nilai ini menjauh dari level Rp 15.000 per dollar AS beberapa hari lalu.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, meski menguat, pergerakan nilai tukar rupiah saat ini masih di luar nilai fundamentalnya. Hal ini terlihat dari beberapa indikator makroekonomi domestik yang membaik.
Misalnya, Agustus yang mencatatkan deflasi 0,05%, pertumbuhan ekonomi kuartal II-2018 yang tercatat 5,27%, dan pertumbuhan kredit perbankan yang di atas 11% di Juli 2018.
"Tentu saja (di luar fundamental). Kalau kita lihat, pergerakan inflasi yang sangat rendah, malah deflasi di Agustus, pertumbuhan ekonomi cukup bagus, perbankan yang kuat, kredit yang tumbuh lebih dari 10%,” ujar Perry di komplek BI, Jakarta, Jumat (7/9).
Dia melanjutkan, di banding saat ini, ke depan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS bisa lebih menguat. Hal ini bisa terjadi dengan serangkaian upaya BI dan pemerintah untuk menurunkan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD).
Pertama, penggunaan biodiesel B20 untuk solar PSO dan non PSO. Dengan mengurangi impor minyak mentah, mengganti dengan B20 maka penghematan devisa diperkirakan US$ 2 miliar tahun ini dan tahun depan bisa US$ 9 miliar-US$ 10 miliar.
Kedua, pemerintah dan BI juga mendorong peningkatan sektor pariwisata untuk menarik devisa dari wisatawan asing.
Ketiga, peningkatan penggunaan komponen lokal (TKDN). Keempat, meningkatkan daya dorong belanja pemerintah untuk menggerakkan ekonomi domestik.
“Saya garis bawahi bahwa langkah ini konkret karena memang telah dan akan terus dilakukan. B20 kan sudah implementasi. Menkeu juga sudah umumkan PPh impor. Tentu saja beberapa langkah terkait dengan pariswasata juga dilakukan,” ujarnya.
“Saya yakin bahwa CAD akan turun, tidak hanya tahun ini tapi juga tahun depan turun secara signifikan dan akan mendukung stabilitas nilai tukar rupia ke depan,” lanjutnya.
Perry mengatakan, rupiah yang menguat ini akibat tambahan suplai di pasar. Para pengusaha yang mempunyai valas, kata Perry, menjual valasnya dan menambah suplai.
“Sehingga dua hari ini supply dan demand berlangsung dan ini penting untuk nilai tukar yang menguat,” kata Perry.
Untuk memperkuat nilai tukar rupiah, BI juga selalu berada di pasar. “Tapi dengan suplai yang ada, mekanisme di pasar, maka rupiah semakin kuat. Suplai di pasar meningkat ini jadi penggerak kurs,” ucapnya.
Kondisi ini, menurut Perry, berbeda dengan Kamis pekan lalu di mana ada ketegangan di pasar global. Baik itu dari sentimen di Argentina dan Turki maupun perang dagang.
“Yang sebelumnya ada di Indonesia, reverse lagi ke luar sehingga Kamis pekan lalu sampai Senin pekan ini ada tekanan. Yang punya devisa juga menahan,” ujar Perry.
“Sekarang ini, yang butuh devisa tidak lagi menubruk dollar AS,” lanjutnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News