Reporter: Bidara Pink | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) merilis perkembangan indikator stabilitas nilai tukar rupiah hingga Kamis (2/4). Kemarin, BI mencatat rupiah ditutup melemah ke Rp 16.470, namun dan Jumat (3/4), rupiah dibuka menguat ke level Rp 16.450.
Sementara yield Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun pada Kamis (2/4) naik ke 8,00% dan kembali meningkat tipis pada hari ini menjadi 8,08%.
Selain itu, BI juga mencatat indeks dollar (DXY) atau indeks pergerakan dollar terhadap 6 mata uang negara utama seperti euro, yen Jepang, poundsterling Inggris, dollar Kanada, krona Swedia, dan franc Swiss, menguat ke level 100,18 pada Kamis (2/4).
Baca Juga: Gubernur BI klaim sudah lakukan quantitative easing hampir Rp 300 triliun
BI juga melaporkan yield US Treasury Note (UST) atau surat utang negara Amerika Serikat (AS) dengan tenor 10 tahun turun ke level 0,583%.
Lebih lanjut, BI mencatat hingga saat ini, investor asing masih melakukan jual bersih (net sell) terhadap aset-aset keuangan domestik.
Berdasarkan data setelmen selama sepekan, dari periode 30 Maret 2020 - 2 April 2020, investor asing melakukan jual bersih sebesar Rp 0,77 triliun. Sehingga secara year to date, net sell investor asing tercatat sebesar Rp 143,99 triliun baik di pasar saham dan Surat Berharga Negara (SBN).
Dalam laporannya, BI juga menyebut, premi Currency Default Swap (CDS) Indonesia tenor 5 tahun naik 235,64 basis point (bps) per kemarin, dari sebelumnya tercatat sebesar 200,11 pada 27 Maret 2020. Ini dipicu oleh kekhawatiran resesi ekonomi global seiring dengan wabah Covid-19.
Ke depan, BI akan memperkuat koordinasi dengan pmeerintah dan OJK untuk memonitor secara cermat tentang dinamika penyebaran wabah corona ini serta dampaknya ke perekonomian Indonesia.
Dengan adanya pemantauan ini, BI akan tetap siap dengan langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang akan ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi domestik.
Baca Juga: Gubernur BI beberkan alasan pemerintah buat skenario terburuk dari dampak corona
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News