Reporter: Bidara Pink | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo membeberkan alasan pemerintah membuat skenario terburuk atau what if scenario terkait asumsi makroekonomi.
Menurutnya, ini tak lepas dari masyarakat yang masih bepergian ke luar kota, bahkan hingga lintas provinsi sehingga meningkatkan risiko penyebaran Covid-19.
"Kami mendengar bahwa minggu lalu masih ada pergerakan manusia dari wilayah Jakarta ke berbagai daerah seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur. Ini bisa meningkatkan resiko penyebaran wabah," kata Perry pada Kamis (2/4) lewat video conference.
Baca Juga: WHO: Beberapa hari ke depan, jumlah kasus virus corona mencapai 1 juta
Menurutnya, dengan peningkatan kemungkinan penyebaran Covid-19 yang meluas tersebut, tentu akan menimbulkan peningkatan risiko ke aspek kemanusiaan seperti bertambahnya orang yang terkena Covid-19 dan risiko kematian, juga peningkatan risiko ke aspek perekonomian.
What if scenario ini akhirnya juga menimbulkan defisit fiskal yang melebar melebihi 3% untuk keperluan anggaran kesehatan, jaminan sosial, serta pemulihan ekonomi.
Akan tetapi, Perry juga tetap meyakinkan bahwa BI bersama dengan pemerintah dan otoritas terkaiit akan tetap berupaya agar what if scenario tidak terjadi sehingga perekonomian dan kesehatan masyarakat tetap berdaya.
"Kami bahu membahu agar what if scenario ini bisa dicegah, diantisipasi agar skenario ini tidak terjadi. Sekali lagi ini bukan proyeksi," tegas Perry.
Baca Juga: Sri Mulyani serahkan surat presiden untuk Perppu 1/2020 ke DPR
Lebih lanjut, Perry juga mengatakan bahwa pemerintah dan bank sentral telah memberikan stimulus baik dari sisi fiskal dan moneter untuk melindungi perekonomian Indonesia. Ini juga dilakukan agar pertumbuhan ekonomi tidak turun di bawah 2,3%.
Dari sisi pemerintah, orang nomor wahid bank sentral tersebut juga menyatakan bahwa pemerintah telah berkomitmen untuk bisa menurunkan defisit anggaran di saat situasi sudah mulai normal dan penyebaran Covid-19 sudah berhenti.
"Ada komitmen dari pemerintah bisa turunkan defisit tadi di tahun depan, sehingga bahkan di tahun 2023 defisitnya bisa tidak lebih dari 3%," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News