Reporter: Bidara Pink | Editor: Syamsul Azhar
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat total devisa hasil ekspor (DHE) pada Januari dan Februari 2020 sebesar US$ 21,48 juta.
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Statistik BI Yati Kurniati memerinci DHE yang masuk sementara pada bulan Januari tahun ini mencapai US$ 10,88 juta dan ada bulan Februari turun tipis menjadi US$ 10,61 juta.
"Angka sementara, karena kami masih buka pelaporan incoming DHE untuk transaksi ekspor yang dilakukan bulan tersebut," tegas Yati kepada KONTAN, Selasa (21/4).
Bila melihat data sementara, jumlah DHE yang masuk pada bulan Januari 2020 ini rupanya lebih rendah dari Januari tahun 2019. Pasalnya, DHE yang masuk pada Januari tahun lalu nilainya mencapai US$ 11,32 juta.
Berbanding terbalik, DHE yang masuk sementara pada bulan Februari tahun ini lebih tinggi dari Februari tahun 2019. DHE yang masuk pada Februari tahun lalu adalah sebesar US$ 10,18 juta.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengklaim bahwa hingga awal April 2020 lalu, sudah lebih dari 80% eksportir yang sudah memasukkan hasil DHE milik mereka. Perry pun mengapresiasi para eksportir yang telah memasukkan DHE mereka ke Indonesia.
SELANJUTNYA>>>
Hanya saja, DHE yang masuk masih banyak yang dalam bentuk valuta asing (valas) dan belum dikonversikan ke rupiah.
Untuk selanjutnya, meski belum diwajibkan, Perry tetap akan terus mengajak dunia korporasi serta eksportir untuk bekerjasama dalam memasok dollar DHE mereka dan mengkonversinya ke mata uang rupiah.
Cara ini dalam rangka menjaga kestabilan nilai tukar rupiah.
Menurut Gubernur BI, tidak perlu ada kekhawatiran untuk menjual dollar sekarang. Karena bank sentral telah menyediakan intervensi-intervensi lain, salah satunya Domestic Non Delivery Forward (DNDF).
"Ini bisa untuk melakukan hedging atau lindung nilai sehingga tidak perlu khawatir jual dollar sekarang. Ini pun bisa melindungi risiko nilai tukar," kata Perry..
Ekonom INDEF Bhima Yudistira mengatakan, sangat penting DHE disimpan di bank dalam negeri dan dikonversi ke rupiah untuk meningkatkan apresiasi kurs.
"Gejolak ekonomi dunia akibat pandemi virus korona Covid 19 diperkirakan masih berlanjut hingga akhir 2020. Ini artinya kebijakan BI hanya dengan utak-atik suku bunga acuan dan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar perdana tak cukup, dan perlu perbaikan insentif DHE," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News