Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Neraca transaksi berjalan masih mengalami tekanan yang berat pada tahun ini. Hingga akhir tahun ini Bank Indonesia (BI) memperkirakan defisit neraca transaksi berjalan akan mencapai sebesar 3,2% dari produk domestik bruto (PDB). Angka itu turun tipis dibanding tahun lalu yang sebesar 3,33% dari PDB.
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan secara persentase terhadap PDB, penurunan defisit yang terjadi memang tidak besar. Hal ini disebabkan pada saat yang sama pertumbuhan ekonomi Indonesia turun. Namun bila dibandingkan secara nominal, terjadi penurunan defisit yang signifikan. "Secara keseluruhan defisit US$ 27 miliar. Lebih rendah dari US$ 29 miliar pada tahun lalu," ujar Perry, Kamis (14/8).
Lebih lanjut Perry menjelaskan, akan ada penurunan defisit transaksi berjalan pada triwulan III dan IV. Hal itu disebabkan karena ekspor mineral sudah aktif terjadi pada bulan Agustus 2014. BI memperhitungkan kinerja ekspor mineral yang kembali aktif ini akan memberikan tambahan ekspor senilai US$ 1,7 miliar pada paruh kedua 2014. "Memang defisit di triwulan II secara musiman yang tertinggi. Triwulan III akan turun, apalagi di triwulan IV akan lebih turun lagi," tandasnya.
Sebelumnya Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengatakan, current account deficit (CAD) atawa defisit transaksi berjalan pada triwulan II 2014 sebesar US$ 9,1 miliar atau 4,27% dari PDB.
Menurut Agus, defisit yang membengkak pada triwulan II ini sesuai dengan pola musimannya. Meskipun melebar dibanding triwulan I 2014 yang sebesar US$ 4,2 miliar dolar atau 2,05% dari PDB, dirinya mengatakan defisit triwulan II tersebut lebih baik dibanding triwulan yang sama tahun 2013. "Defisit triwulan II 2013 itu US$ 10,1 miliar dolar atau 4,47% dari PDB. Ada perbaikan US$ 1 miliar dan itu cukup baik," kata Agus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News