Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memperkirakan bakal adanya capital inflow alias arus dana masuk akibat pemangkasan suku bunga bank sentral Eropa (ECB) ke negara emerging market termasuk Indonesia. Namun, inflow tersebut akan terhambat kondisi current account deficit (CAD) atawa defisit transaksi berjalan Indonesia yang besar.
Ekonom Senior Standard Chartered Fauzi Ichsan berpendapat potensi inflow yang masuk ke Indonesia memang ada, namun tidak signifikan. Dia menjelaskan, hal ini dipicu oleh tingkat suku bunga ECB yang memang sudah sangat rendah, sedangkan di sisi lain suku bunga The Fed akan naik.
Itu sebabnya, potensi inflow ke negara berkembang termasuk Indonesia pun relatif kecil. Khusus Indonesia, ada kendala besar bagi investor untuk masuk yaitu defisit transaksi berjalan yang semakin membengkak. Apalagi defisit pada triwulan II diperkirakan mencapai US$ 8 miliar.
Tingginya defisit ini akan menekan rupiah. Menurut Fauzi, ada potensi rupiah mengarah kembali ke 12.000.
Di sisi lain, Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih menilai inflow yang masuk ke Indonesia akibat kebijakan ECB ini akan menunggu hasil pemilihan presiden (pilpres).
Kalau hasilnya memberi keyakinan kepada investor, pasar Indonesia bisa kecipratan likuiditas tersebut. Selain hasil pilpres, investor pun akan menunggu data resmi defisit transaksi berjalan triwulan II.
Dengan menunggu hasil pilpres, di tengah kondisi triwulan II yang memerlukan dollar dalam jumlah banyak akan memberikan tekanan bagi rupiah. Sependapat dengan Fauzi, Lana pun melihat potensi rupiah kembali menyentuh level 12.000 per dollar AS.
"Ada sentimen untuk antisipasi kurs yang naik terus. Jadi yang butuh dollar sudah beli sekarang sebelum waktunya," tukasnya.
Sebagai informasi, Bank Sentral Eropa (ECB) memangkas suku bunga acuannya dari semula 0,25% menjadi 0,15% pada Kamis lalu (5/6). Pemotongan suku bunga tersebut diharapkan bisa menjadi angin positif bagi investor untuk mengalihkan dananya ke negara berkembang, termasuk Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News