kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

BI: Kepercayaan investor asing mulai kuat lagi


Sabtu, 14 Juli 2018 / 11:00 WIB
BI: Kepercayaan investor asing mulai kuat lagi


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fokus kebijakan Bank Indonesia (BI) pada stabilitas ekonomi khususnya nilai tukar rupiah mulai membuahkan hasil. Kebijakan itu berhasil memperkuat kepercayaan pasar dan membuat imbal hasil surat berharga negara (SBN) lebih kompetitif. Kurs rupiah pun belakangan cenderung menguat.

Data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI menunjukkan, nilai tukar mata uang garuda 3 Juli lalu sempat berada di level Rp 14.418 per dollar Amerika Serikat (AS), lalu menguat ke posisi Rp 14.326 pada 10 Juli. Memang, rupiah melemah lagi jadi Rp 14.435 di 12 Juli. Tapi sehari kemudian, 13 Juli, rupiah menguat ke Rp 14.358.

Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan, imbal hasil obligasi pemerintah yang lebih kompetitif mendorong arus modal asing masuk ke pasar SBN dalam negeri (inflow). Bank sentral mencatat, sejak 2 Juli hingga 12 Juli lalu, inflow ke pasar SBN total mencapai Rp 7,1 triliun.

"Umumnya, itu berjangka pajang, di atas 10 tahun. Ini menunjukkan, bahwa kepercayaan pasar, kepercayaan investor asing untuk berinvestasi di Indonesia khususnya di pasar SBN cukup kuat," kata Perry kemarin (13/7).

Tak hanya inflow, Perry menyebutkan, suplai dollar AS dari korporasi juga cukup, rata-rata sekitar US$ 500 juta sampai US$ 600 juta per hari. Pasokan mata uang negeri Sam dari korporasi tersebut semakin memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah.

Hanya, Perry mengungkapkan, nilai tukar rupiah masih overvalue atawa berada di bawah nilai fundamentalnya. Meski begitu, dia optimistis, rupiah berpotensi menguat berdasarkan hitungan fundamental. Yaitu, inflasi yang rendah, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, defisit neraca transaksi berjalan alias current account deficit (CAD) yang cukup baik, dan surplus neraca perdagangan. "Apalagi, BI sudah melakukan langkah-langkah yang pre-emptive sehingga asing sudah masuk," ujarnya.


Waspadai trader


Menurut Pieter Abdullah, Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, setelah mengalami arus modal keluar (capital outflow) yang cukup besar dan diikuti kenaikan suku bunga acuan BI sebesar 50 basis poin (bps) bulan lalu, imbal hasil SBN memang meningkat signifikan. 

Investor asing yang berkarakter trader untuk mencari keuntungan dari volatilitas harga akan memanfaatkan waktu tersebut untuk kembali masuk ke pasar keuangan dalam negeri. "Tapi, jangan cepat bergembira dulu. Investor tipe trader juga yang akan cepat menjual SBN-nya dan keluar dari Indonesia saat ada sumber tekanan baru," kata Piter.

Meskipun investor asing masuk ke SBN tenor jangka panjang, Piter menegaskan, bukan berarti itu investasi jangka panjang. Sebab, mereka bisa menjual portofolio tersebut kapan saja. Kalau itu sampai terjadi, maka rupiah akan melemah lagi. "Ini menggambarkan, rupiah sampai akhir tahun masih sangat rentan karena sumber tekanan masih ada," sebut Pieter.

Sumber tekanan yang Peter maksud, pertama, peluang kenaikan suku bunga bank sentral AS, The Fed sebanyak dua kali masing-masing 25 bps hingga akhir tahun ini. Kedua, ketegangan perdagangan internasional yang semakin mengarah ke perang dagang. Ketiga, neraca perdagangan Indonesia yang masih defisit sampai akhir Mei lalu.

Pieter memperkirakan, nilai tukar rupiah bisa menguat sampai Agustus nanti, meski masih di kisaran Rp 14.000 per dollar AS. Namun, jika neraca perdagangan Juni mencatat surplus, rupiah bisa menguat ke level Rp 13.800–Rp 13.900 per dollar AS.

"Tapi, rupiah besar kemungkinan kembali melemah pada September saat The Fed menaikkan suku bunga," imbuh Pieter. Sampai akhir tahun, dia memproyeksikan, rupiah masih di kisaran level Rp 14.000 per dollar AS.

Eric Sugandi, Project Consultan Asian Development Bank (ADB), memprediksikan, capital inflow hanya sedikit. Tekanan eksternal belum sepenuhnya reda. Perang dagang AS dan China yang bisa meluas ke Eropa, Meksiko, dan Kanada bisa menekan capital inflow. "Bahkan, perang dagang bisa menyebabkan outflow dari emerging markets," katanya.

Pemerintah dan BI pun patut waspada. Rupiah masih berpotensi tertekan dan melemah terhadap dollar AS. Eric memperkirakan, rupiah hingga akhir tahun ini akan bergerak di rentang Rp 14.000–Rp 14.300 per dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×