Reporter: Astri Kharina Bangun |
JAKARTA. Inflasi yang dipicu oleh kemungkinan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) selain dapat menekan sisi moneter seperti suku bunga acuan dan nilai tukar, juga berpengaruh pada neraca pembayaran.
“Kalau inflasi naik, nilai tukar atau tingkat bunga bisa naik. Di sisi lain, impor BBM akan turun banyak. Impor kita sudah sedemikian besar nilainya melampaui ekspor migas. Ini akan berpengaruh ke neraca pembayaran,” terang Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution, Jumat (30/3). Namun, ia tak menyebut seberapa besar pengaruh ke neraca pembayaran.
Ia mengungkapkan, BI siap merespon dampak ke sisi moneter akibat kenaikan harga BBM. Meski enggan merinci bentuk kebijakan yang akan diambil BI, namun Darmin menuturkan bank sentral akan melakukan koordinasi.
“Responnya bisa dikombinasikan antara nilai tukar dan tingkat bunga. Tinggal BI mencari koordinasi, mencari yang paling tepat, mana yang perlu dipertahankan, dinaikkan, atau diturunkan. Kita harus tahu mana yang lebih perlu untuk ekonomi negara,” ungkap Darmin.
Sebelumnya, BI memperhitungkan bila kenaikan harga BBM ditetapkan Rp 1.500 per liter, maka inflasi yang terjadi sampai akhir 2012 bisa mencapai 6,8%. Adapun survey BI sampai dengan pekan ketiga bulan Maret 2012, menunjukkan inflasi rendah, yaitu sebesar 0,08%.
“Sampai akhir bulan Maret ini inflasi bisa di kisaran 0,1%,” prediksi Darmin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News