kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.455.000   12.000   0,83%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

BI harap tekanan inflasi tak tambah second round effect


Rabu, 22 Desember 2010 / 07:25 WIB
BI harap tekanan inflasi tak tambah second round effect


Reporter: Irma Yani | Editor: Djumyati P.

JAKARTA. Deputi Gubernur Bank Indonesia Hartadi A. Sarwono menilai, rencana pembatasan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada kuartal I-2011 nanti tentu akan berdampak pada laju inflasi. Untuk itu, ia mengatakan, BI akan berkoordinasi dengan Pemerintah untuk mengantisipasi hal tersebut sejak dini. Pasalnya, BI berharap salah satu tekanan inflasi itu tidak akan menambah second round effect.

Maklum saja, BI melihat tekanan inflasi tahun depan tak hanya akan bersumber dari rencana pembatasan BBM bersubsidi saja. Tapi, gejolak komoditi juga akan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap gerak inflasi tahun depan. “Komoditi dunia yang sekarang harganya sedang naik seperti beras dan tanaman komoditi lainnya karena cuaca yang buruk. Nah itu kita koordinasikan dengan pemerintah, untuk mendapat suplai yang lebih baik dan mendistribusikannya kepada seluruh negara,” terangnya.

Inflasi inti saat ini memang masih dalam kondisi stabil. Hanya saja pemerintah harus tetap waspada dan mengantisipasi sejak awal tekanan inflasi pada tahun depan. Sekadar catatan, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat komponen inti pada bulan November 2010 mengalami inflasi sebesar 0,30%, sementara laju inflasi komponen inti tahun kalender (Januari-November) 2010 sebesar 3,89% dan laju inflasi komponen inti year on year (November 2010 terhadap November 2009) sebesar 4,31%.

“Sementara kalau lihat inflasi inti memang dia sekarang masih stabil di bawah 5%, namun kalau kita memang tidak melakukan pengendalian yang baik terhadap kelompok makanan, itu bisa menyebabkan inflasi tinggi. Oleh karena itu kita selalu melihat, memberikan signal kepada pasar untuk berhati-hati dalam kebijakan moneter,” ungkapnya.

Sayang, ia tak memaparkan berapa besar proyeksi inflasi pada kuartal I-2011 akibat pembatasan BBM bersubsidi itu. Hartadi pun enggan memaparkan, apakah pada kuartal II-2010 tekanan inflasi akan mulai mereda. “Belum tahu apakah kuartal kedua sudah mulai slow down. Saya enggak ahli soal itu. Kami akan berkoordinasi dengan pemerintah termasuk BMKG, supaya kita tahu masalah cuaca. Itu harus kita perhatikan bagaimana keadaan cuaca ke depan. Jadi saya enggak tahu Semester I dan II 2011 bagaimana, tapi kita bersiap-siaplah,”elaknya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News





[X]
×