Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) yakin defisit transaksi berjalan atau current account deficit Indonesia pada kuartal III-2013 bakal menurun di kisaran 2,7% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Seperti kita tahu, pada kuartal II 2013, defisit yang menggambarkan neraca barang dan jasa ini mencatat rekor US$ 9,85 miliar atau 4,4% dari PDB.
Optimisme prosentase defisit neraca transaksi berjalan bakal membaik ini diungkapkan Deputi Gubernur BI, Perry Warjiyo. Menurut Perry defisit neraca berjalan akan berkurang lantaran nilai impor migas diprediksi mengalami menurun pada triwulan III tahun ini. "Defisit akan turun," katanya, Senin (19/8).
Keyakinan Perry tersebut sejalan dengan perkiraan Menteri Keuangan Chatib Basri. Menurut Chatib, defisit transaksi berjalan pada triwulan III 2013 akan mengempis. seiring berkurangnya impor minyak. Penurunan impor ini merupakan dampak positif dari kebijakan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada Juni 2013 sebesar 44%.
Sebagai gambaran, neraca minyak sejatinya sudah menurun pada triwulan II 2013. Berdasarkan catatan Bank Indonesia, pada triwulan I neraca minyak mengalami defisit hingga US$ -6,36 miliar. Nah pada triwulan II menyusut menjadi US$ -5,26 miliar.
Sayangnya penurunan defisit transaksi minyak ini tak diikuti oleh neraca barang. Neraca barang yang pada triwulan I mengalami surplus US$ 1,6 miliar, pada triwulan II justru defisit US$ 601 juta.
Perry menjelaskan, pada semester II tahun ini kondisi perekonomian global diprediksi akan membaik. Nah, dengan asumsi ini, maka harga komoditas yang selama ini menjadi andalan ekspor Indonesia juga ikut menanjak di pasar global. "Kami harapkan bisa mendukung peningkatan kinerja ekspor nasional," tambah Perry.
Di sisi lain, adanya tren perlambatan ekonomi di dalam negeri serta melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat diharapkan bisa mengerem impor menjadi lebih rendah. Sebab dengan melemahnya nilai tukar rupiah, harga barang impor bakal semakin mahal.
Selanjutnya BI berharap terjadi keseimbangan dalam beberapa waktu ke depan. Dengan demikian arus modal asing ke Indonesia kembali mengalir lancar, baik modal asing dalam bentuk investasi langsung atawa foreign direct investment (FDI) maupun investasi di protofolio keuangan baik ke pasar saham maupun obligasi negara.
Plt Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Bambang Brodjonegoro pun optimistis, setelah defisit transaksi berjalan maupun defisit NPI berkurang, bisa mendorong nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat menguat dan menjadi lebih stabil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News