Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Kinerja ekspor yang tak kunjung menguat membuat pemerintah pesimis akan terjadi surplus perdagangan sampai akhir tahun ini. Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan bahkan memperkirakan surplus perdagangan baru terjadi setelah 2014 mendatang.
Kepala BKF Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, surplus neraca perdagangan sangat tergantung ekspor. "Jika ekspor masih terganggu oleh penurunan harga komoditas seperti yang terjadi sekarang, maka defisit neraca perdagangan masih terus terjadi," katanya, pekan lalu.
Sebagai gambaran, neraca perdagangan Indonesia tahun ini memang terus mengalami defisit. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada Mei 2013, defisit neraca perdagangan mencapai US$ 590,4 juta. Jika dilihat sepanjang Januari 2013 sampai Mei 2013, maka defisit neraca dagang sudah US$ 2,5 miliar.
Melihat kondisi perekonomian dunia sekarang, Bambang pesimistis neraca perdagangan Indonesia segera surplus dalam waktu dekat. "Mudah-mudahan akhir tahun ini defisit sudah sangat kecil sehingga berpotensi surplus taun depan," katanya.
Walaupun optimistis tahun depan neraca dagang membaik, Bambang memberikan catatan, neraca dangan kita bisa surplus jika kondisi ekonomi global membaik.
Sebagai gambaran, ekspor Indonesia terbesar berasal dari komoditas seperti minyak sawit mentah maupun batubara. Nah saat perekonomian global membaik, biasanya permintaan terhadap dua komoditas ini akan meningkat.
Di sisi impor, Bambang berharap kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) mampu menekan impor BBM. Sebab selama ini salah satu penyebab terbesar defisit adalah impor BBM.
"Namun ini sangat tergantung pada permintaan dalam negeri juga," kata Bambang. Seperti kita ketahui permintaan BBM dalam negeri meningkat drastis seiring dengan terus bertambahnya jumlah kendaraan pribadi.
Kepala Ekonom Bank Tabungan Negara (BTN), Agustinus Prasetyantoko mengingatkan, neraca dagang Indonesia bisa surplus, tapi sangat tergantung pada situasi perekonomian global maupun domestik.
Ia menyebut bukan hanya faktor ekspor saja, namun nilai impor barang modal yang menurun dalam jumlah besar bisa menyebabkan neraca dagang menjadi surplus. Seperti kita tahu, investasi yang melorot menyebabkan impor barang modal juga seret.
Selain itu, dari sisi eksternal Prasetyantoko meragukan perekonomian global segera pulih sehingga awal tahun 2014 neraca perdagangan Indonesia bisa kembali surplus.
Sedangkan menurut Kepala Ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti percaya surplus neraca perdagangan akan terjadi pada 2014. Ia melihat kebijakan kenaikan harga BBM sebesar 33% menyebabkan penurunan konsumsi BBM sebesar 5%. "Kalau konsumsi turun 5% maka kebutuhan impor turun juga," katanya, Minggu (14/7).
Destry juga melihat tanda tanda pemulihan ekonomi global pada tahun depan. Ia memprediksi Jepang menjadi negara di Asia yang bisa pulih cepat. Perbaikan di Jepang ini yang akan menarik ekspor Indonesia menjadi lebih besar tahun depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News