kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

BI beri sinyal pertahankan suku bunga tinggi


Senin, 09 Juni 2014 / 21:02 WIB
BI beri sinyal pertahankan suku bunga tinggi
ILUSTRASI. APNI melihat permintaan bijih nikel saprolite (kadar tinggi) akan semakin meningkat. ANTARA FOTO/Jojon/foc.


Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Kamis besok (12/6) Bank Indonesia (BI) kembali mengadakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan. Kebijakan moneter ketat alias suku bunga tinggi disinyalir masih menjadi arah kebijakan otoritas moneter tersebut.

Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan pertumbuhan ekonomi harus didukung oleh fundamental yang kuat. Fundamental ekonomi Indonesia tidak baik karena neraca transaksi berjalan masih mengalami defisit.

Apalagi dalam triwulan II 2014 defisit diperkirakan akan mencapai dua kali lipat dari defisit triwulan I. Ini berarti defisit transaksi berjalan pada periode kedua bisa mencapai US$ 8 miliar. "Jadi kita masih dalam periode stabilisasi, periode mengurangi defisit transaksi berjalan," ujar Mirza, Senin (6/9).

Sekedar informasi, BI sejak November tahun lalu hingga sekarang mempertahankan suku bunga pada level 7,5%. Upaya menekan defisit di bawah 3% dari PDB pada tahun ini menjadi prioritas BI. Pada tahun 2013 kemarin, defisit transaksi berjalan mencapai 3,33% dari PDB atau sebesar US$ 29,09 miliar.

Hingga akhir tahun 2014 BI perkirakan defisit mencapai US$ 25 miliar. Kepala Ekonom BNI Ryan Kiryanto berpendapat suku bunga akan berada tetap pada level 7,5%. Di tengah tekanan defisit transaksi berjalan yang besar, ada dua pertimbangan yang menyebabkan suku bunga tidak akan naik.

Pertama, ekspetasi inflasi ke depan cukup terkendali sesuai proyeksi BI yaitu 4,5% plus minus satu. Kedua, pertumbuhan ekonomi sudah melambat. "Untuk stabilisasi ekonomi tanpa mengorbankan potensi pertumbuhan maka sebaiknya suku bunga tetap 7,5%," tuturnya.

Mengenai defisit transaksi berjalan yang tinggi, menurut Ryan, pemerintah perlu melakukan perbaikan pada sisi supply untuk bahan baku dan penolong dalam negeri. Pemerintah pun bisa mendorong ekspor produk manufaktur dan produk primer.

Dengan pertumbuhan ekonomi triwulan I yang hanya 5,2%, Ryan menilai sudah saatnya BI mulai mereview kebijakan moneternya untuk mulai sedikit diperlonggar. BI bisa menurunkan rasio giro wajib minimum (GWM) dari posisi saat ini 8% ke 6% agar suku bunga simpanan bisa diturunkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×