kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.543.000   4.000   0,26%
  • USD/IDR 15.834   -94,00   -0,60%
  • IDX 7.462   -30,00   -0,40%
  • KOMPAS100 1.155   -4,09   -0,35%
  • LQ45 915   -4,79   -0,52%
  • ISSI 226   -0,22   -0,10%
  • IDX30 472   -2,53   -0,53%
  • IDXHIDIV20 570   -2,80   -0,49%
  • IDX80 132   -0,43   -0,33%
  • IDXV30 141   -0,05   -0,03%
  • IDXQ30 158   -0,60   -0,38%

BI beri sinyal perbesar suku bunga acuan


Kamis, 16 Mei 2013 / 09:23 WIB
BI beri sinyal perbesar suku bunga acuan
ILUSTRASI. Ilustrasi Hari AIDS Sedunia 2021. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN


Reporter: Anna Suci Perwitasari, Herlina KD, Adi Wikanto | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memastikan akan menaikan suku bunga acuan atau BI rate apabila pemerintah jadi menaikkan harga jual bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Pertimbangan BI, kenaikan harga BBM akan mendorong kenaikan harga barang dan jasa, sehingga tekanan inflasi semakin tinggi.

BI harus mengerek bunga acuan agar nilai uang tidak melorot, dus inflasi terkendali. Kebijakan ini sekaligus untuk menjaga kepercayaan investor, khususnya asing.
Gubernur BI Darmin Nasution bilang, pihaknya akan me-review kebijakan moneter, seperti menaikan BI rate atau bunga fasilitas simpanan BI dalam semalam alias over night (Fasbi rate) saat harga BBM naik. Namun, ia enggan menyebut berapa kenaikannya.

"Tergantung kajiannya dan inflasinya bagaimana. Bisa salah satu saja, ataupun dua-duanya BI rate dan Fasbi rate," jelasnya, selepas acara peluncuran layanan E-money Interoperability, Rabu (15/5).

Saat ini, BI rate sebesar 5,75%, angka ini sudah bertahan sejak Februari 2012. Sedangkan Fasbi rate 4%.

Pastinya, lanjut Darmin jika pemerintah menetapkan harga BBM subsidi baik bensin maupun solar pada satu harga, yakni Rp 6.000 per liter, maka inflasi pada akhir tahun dapat terkerek naik hingga posisi 7,5%-7,8%. Sementara jika pemerintah menaikan harga bensin menjadi Rp 6.500 dan solar menjadi Rp 5.500, maka inflasi akhir tahun akan menjadi 7,5%.

Perbedaan tekanan inflasi karena penggunaan solar terbesar untuk kendaraan angkutan barang dan kendaraan umum ukuran besar. Bila kenaikan harga solar lebih kecil dibandingkan premium, harapannya tambahan beban biayanya juga lebih kecil.

Dalam hitungan Kepala Ekonom Bank Danamon Anton H. Gunawan, inflasi pada akhir tahun akan berada di kisaran 8,3%-9,2% bila pemerintah menaikan harga premium sebesar Rp 2.500 per liter, sedang solar Rp 1.000 per liter. Bila ini terjadi, BI rate berpeluang untuk naik sekitar 100-150 basis poin (bps).
Menurut Anton, saat inflasi sudah membumbung tinggi. Karena itu ia menilai BI rate harus naik agar bisa menarik arus dana asing ke pasar domestik. Sebaliknya, bila BI bersikukuh menahan BI rate, kepercayaan investor akan memudar dan menarik dananya dari Indonesia.

Lana Soelistyaningsih, ekonom Samuel Sekuritas sependapat dengan Anton. Dengan adanya kenaikan harga BBM, BI berpeluang menaikan BI rate sekitar 50 bps. Ia memprediksi kenaikan BI rate itu akan berlangsung secara bertahap. Pada bulan pertama setelah pengumuman kenaikan BBM, BI rate akan naik 25 bps. Bulan selanjutnya, BI rate kembali naik 25 bps.

Konsekuensinya bunga kredit ikut naik sehingga pengusaha enggan narik kredit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×