kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BI belum melihat ada tanda resesi ekonomi Indonesia walau pertumbuhan ekonomi melemah


Sabtu, 04 Juli 2020 / 09:00 WIB
BI belum melihat ada tanda resesi ekonomi Indonesia walau pertumbuhan ekonomi melemah


Reporter: Bidara Pink | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal II-2020 akan lebih lemah daripada pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2020. Meski begitu, bank sentral optimistis kalau Indonesia tidak akan masuk zona resesi.

"Memang di kuartal II-2020 akan melemah, tapi penting sekali untuk kita optimistis pertumbuhan ekonomi bisa naik ke batas atas target pertumbuhan, yaitu 1,9% karena beberapa hal menunjukkan perbaikan," kata Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo dalam webinar bersama dengan Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Jumat (3/7).

Dody pun menjelaskan beberapa ekspektasi positif yang bisa menjadi modal besar bagi pemulihan ekonomi pada tahun 2020 ini.

Baca Juga: Rancangan revisi Undang-Undang Bank Indonesia masuk Prolegnas 2020. Apa urgensinya?

Pertama, masyarakat yang terlihat masih optimistis terhadap prospek perekonomian ke depan. Hal ini ditunjukkan dalam Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) BI yang pada bulan Mei 2020 sebesar 104,9 atau berada dalam zona optimis (lebih dari 100).

Ini menunjukkan kalau konsumen masih cukup yakin terhadap perkiraan kondisi ekonomi 6 bulan ke depan dan konsumen juga yakin kalau perekonomian bisa pulih seiring dengan meredanya Covid-19.

Kedua, prospek world trade ventures (WTV) yang membaik seiring dengan kembali tumbuhnya permintaan dari China. Hal ini dipandang mampu mendorong ekspor Indonesia ke depannya juga membangkitkan geliat dunia usaha.

"Ada juga informasi yang memang early kalau disebut sebagai prospek perbaikan ekonomi, tetapi ini bisa menjadi indikator awal. Yaitu, pengapalan ekspor di pelabuhan jumlahnya sedikit membaik. Juga total bongkar muat kapal impor di Juni cenderung naik," tambah Dody.

Ketiga, prospek perbaikan ekonomi juga terlihat dari mulai bangkitnya industri manufaktur. Ini terlihat dari Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia dari IHS Markit yang berada di level 39,1 atau naik 10,5 poin dari Mei 2020 yang sebesar 28,6. Meski memang masih berada di bawah level ekspansif, tetapi ini membawa asa pada industri pengolahan Indonesia.

Meski begitu, Dody juga mengaku kalau pergerakan industri manufaktur untuk menuju ke zona ekspansif masih butuh waktu dengan masih adanya COvid-19 di Indonesia.

Keempat, ekspektasi positif muncul dari risiko investasi emerging market yang turun dari puncak di Maret 2020 dan kini bergerak di kisaran level tahun 2019 atau pra Covid-19. Terakhir, ekspektasi positif juga terlihat dari pola konsumsi masyarakat yang menunjukkan kalau tendensi panic buying beras dan barang kesehatan mulai menurun.

Baca Juga: Indonesia dinilai akan mendulang risiko lebih besar dari monetisasi utang

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×