kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.115.000   10.000   0,48%
  • USD/IDR 16.435   20,00   0,12%
  • IDX 7.973   15,04   0,19%
  • KOMPAS100 1.113   -0,12   -0,01%
  • LQ45 806   -1,41   -0,17%
  • ISSI 275   1,36   0,50%
  • IDX30 419   -0,84   -0,20%
  • IDXHIDIV20 484   -1,91   -0,39%
  • IDX80 122   -0,12   -0,10%
  • IDXV30 132   0,09   0,07%
  • IDXQ30 135   -0,82   -0,60%

Indonesia dinilai akan mendulang risiko lebih besar dari monetisasi utang


Kamis, 02 Juli 2020 / 22:19 WIB
Indonesia dinilai akan mendulang risiko lebih besar dari monetisasi utang
ILUSTRASI. Pejalan kaki melintas di gedung kantor pusat Bank Indonesia (BI) Jakarta, (18/7). 


Reporter: Bidara Pink | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) telah menelurkan banyak kebijakan untuk menghalau dampak negatif virus Covid-19 terhadap perekonomian Indonesia. Salah satunya, BI juga terjun langsung ke pasar perdana untuk membeli Surat Utang Negara (SUN) yang disebut sebagai monetisasi utang.

Kabarnya, BI juga akan meneken persetujuan dengan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) untuk mendanai tagihan penanganan Covid-19 Indonesia senilai US$ 40 miliar.

Sayangnya, langkah yang dilakukan oleh bank sentral tersebut dinilai Chief Strategist of SAV Markets Shyam Devani mampu menimbulkan persepsi buruk investor global terhadap Indonesia. Katanya, investor bisa menganggap kalau BI terlampau jauh dalam bertindak sehingga berisiko mengikis independensi bank sentral.

Baca Juga: Jokowi menimbang kembalikan pengawasan bank ke BI, ini tanggapan resmi OJK

"Ini hal yang berisiko. Ini akan membuat investor bertanya-tanya soal kredibilitas Indonesia. Kalau investor sudah tidak percaya dengan BI, maka bisa berpengaruh terhadap volatilitas rupiah, obligasi, juga saham," kata Devani seperti dikutip lewat Bloomberg, Kamis (2/7) waktu setempat.

Menilik ke nilai tukar rupiah, rupiah tampak terdepresiasi 0,4% ke Rp 14.344 pada Kamis lalu. Selain itu, yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun juga terlihat menurun dan bergerak di kisaran 7,24%.

Devani pun melihat, kalau nilai tukar rupiah dan obligasi terkoyak, risiko bisa meluas hingga ke pasar saham. Padahal, ekuitas Indonesia sudah mencetak kinerja terburuk di Asia dengan Jakarta Composite Index turun sekitar 22% ytd.




TERBARU
Kontan Academy
Business Contract Drafting GenAI Use Cases and Technology Investment | Real-World Applications in Healthcare, FMCG, Retail, and Finance

[X]
×