kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

BI beli SBN di pasar perdana sebesar Rp 139,84 triliun per 17 September 2021


Selasa, 21 September 2021 / 17:57 WIB
BI beli SBN di pasar perdana sebesar Rp 139,84 triliun per 17 September 2021
ILUSTRASI. Bank Indonesia. REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana


Reporter: Bidara Pink | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memegang teguh janjinya untuk menjalankan peran dalam pendanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021. 

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, hingga 17 September 2021, bank sentral sudah melakukan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar perdana sebesar Rp 139,84 triliun. “Ini terdiri dari Rp 64,38 triliun melalui mekanisme lelang utama dan Rp 75,46 triliun melalui mekanisme Greenshoe Option (GSO),” ujar Perry, Selasa (21/9) via video conference

Perry kembali menegaskan, bahwa pembelian ini berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) I bersama dengan Kementerian Keuangan yang telah diperpanjang hingga 31 Desember 2021. Menurutnya, partisipasi bank sentral ini merupakan bentuk koordinasi kebijakan moneter dan kebijakan fiskal yang erat, untuk mempercepat stimulus fiskal dan mendorong permintaan di sektor riil. 

Baca Juga: Apa dampak gagal bayar Evergrande ke Indonesia? Ini kata Gubernur BI

Sedangkan untuk SKB II 7 Juli 2021 yang biasa dikenal dengan kebijakan burden sharing, Perry menegaskan bahwa skema tersebut tidak berlaku di tahun ini. Lebih lanjut, selain membeli SBN di pasar perdana, bank sentral juga telah menambah likuiditas atau quantitative easing (QE) di perbankan sebesar Rp 114,15 triliun per 16 Agustus 2021. 

Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa kondisi likuiditas tetap longgar, didorong oleh kebijakan moneter yang akomodatif. 

Selanjutnya: Hasil stress test BI: Dampak tapering off ke Indonesia lebih kecil dari 2013

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×