Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tradisi mudik lebaran menjadi cara warga perantauan melepas rindu dengan orang tua dan keluarga di kampung halaman setelah setahun penuh mencari rejeki di kota besar. Di tengah pandemi covid-19, tradisi ini diminta untuk ditunda terlebih dahulu. Mengingat grafik kasus positif melonjak pasca libur panjang.
Seperti yang diketahui tradisi ini umumnya dipenuhi interaksi fisik, seperti berjabat tangan atau berpelukan. Hal ini berpotensi menjadi titik awal penularan Covid-19. Terlebih lagi apabila terdapat kelompok rentan seperti Ibu hamil, anak-anak, dan kelompok lanjut usia (Lansia).
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sekaligus Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Letnan Jenderal TNI Dr. (H.C) Doni Monardo menyampaikan bahwa salah satu penyebab penularan apabila terjadi mudik lebaran melalui Orang Tanpa Gejala (OTG). "Yang berbahaya itu yang tidak ada gejala tapi positif, ini yang bahaya, karena tidak sadar sudah menulari," kata Doni.
Baca Juga: Akhir April 2021, Pulau Jawa kembali bebas dari zona merah corona
Selain itu, Doni berpesan untuk posko mudik juga dapat memfasilitasi penyediaan jaringan komunikasi digital. "Berikan ruang untuk bisa berkomunikasi melalui mudik virtual, posko juga menyediakan mudik virtual ini," Tambah Doni.
Peran kearifan lokal juga diharapkan mampu untuk menjadi mitigasi awal bagi para warga yang tingal di daerah rawan bencana. Oleh karna itu, masyarakat diminta untuk bertindak secara bijak menyikapi pandemi. Dengan memanfaatkan kemajuan teknologi, silaturahmi dapat dilakukan secara virtual. Hal ini bertujuan untuk menjaga keluarga di kampung halaman serta dapat mengurangi angka penularan Covid-19.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun
Selanjutnya: Cara-cara mudah untuk mencegah Covid-19
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News