kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Berharap cuan hasil ekspor masuk US$ 12 miliar


Kamis, 01 Oktober 2015 / 11:06 WIB
Berharap cuan hasil ekspor masuk US$ 12 miliar


Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Bank Indonesia (BI) yakin diskon pajak bunga deposito bagi eksportir yang membawa masuk dana hasil ekspor ke perbankan dalam negeri menarik. Bahkan otoritas moneter ini menghitung, besarnya potensi dana hasil ekspor yang terserap dengan kebijakan ini akan mencapai US$ 1 miliar per bulan.

Direktur Eksekutif Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung mengatakan, tidak semua DHE disimpan dalam bentuk deposito. Pasalnya, ada juga eksportir yang harus menggunakan untuk impor bahan baku. Nah selisih dari DHE dan kebutuhan impor itulah yang berpotensi untuk diserap oleh bank devisa dalam bentuk deposito.

Hitung-hitungan BI,  selisih antara DHE dan kebutuhan untuk impor mencapai US$ 30 miliar per tahun. "Namun kita ambil konservatif saja yaitu sebesar US$ 12 miliar per tahun," ujar Juda, Rabu (30/9).

Dia bilang, total devisa hasil ekspor yang masuk sebagian besar dalam bentuk valuta asing, hanya 10%-12% saja yang dalam bentuk rupiah. Namun dengan insentif pemotongan pajak yang diberikan, BI berharap semakin banyak valas hasil ekspor yang disimpan ke perbankan lokal dan dikonversi menjadi rupiah.

Data BI menunjukkan nilai  devisa hasil ekspor kuartal II 2015 mencapai US$ 30,2 miliar, naik dibandingkan triwulan I yang US$ 29,4 miliar

Sekadar mengingatkan. Menteri Keuangan Bambang Brojonegoro Selasa (29/9) lalu telah mengumumkan insentif pajak bunga deposito untuk DHE. Jika sebelumnya pajak bunga deposito 20%, dipangkas berdasarkan lama mengendap dan bentuk valutanya.

Untuk deposito DHE dalam bentuk dollar AS yang mengendap selama 1 bulan, pajak bunganya diturunkan menjadi 10%. Lalu untuk jangka waktu tiga bulan, pajaknya hanya 7,5%, enam bulan 2,5%, dan diatas 9 bulan bebas dari pajak bunga deposito.

Jika eksportir menyimpan DHE dalam bentuk rupiah selama sebulan, tarif pajaknya dipotong menjadi 7,5%. Untuk deposito DHE selama tiga bulan pajaknya menjadi 5%, dan jangka waktu lebih dari 6 bulan akan dibebaskan dari pajak bunga deposito.

Bambang yakin insentif ini akan menarik, karena jika dibandingkan dengan negara Singapura, bunga deposito di  Indonesia setelah dikurangi pajak masih lebih tinggi 1%-2%. Apalagi menurut Bambang, tidak semua DHE yang diperoleh eksportir digunakan untuk modal kerja. Sebagian diantaranya justru mengendap di perbankan luar negeri. 

Kebijakan tambahan

Insentif berupa pemangkasan pajak bunga deposito khusus DHE menjadi bagian dari upaya BI memperkuat rupiah. Insentif ini masuk paket kebijakan ekonomi jilid II, terutama untuk meningkatkan jumlah devisa. Selain pemangkasan bunga deposito khusus DHE, Bank Indonesia juga mengeluarkan kebijakan lain.

Salah satu kebijakan itu adalah mempermudah transaksi jual forward valuta asing (valas) ataupun rupiah. Hal ini untuk meningkatkan suplai dan mengendalikan permintaan valas (lihat tabel).

Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara bilang selama ini transaksi forward jual yang harus menggunakan underlying sebesar US$ 1 juta. Dengan kebijakan ini diperlonggar menjadi US$ 5 juta per transaksi per nasabah. Dengan naiknya batasan ini diharapkan akan meningkatkan transaksi jual valas. "Ini juga memperjelas underlying forward beli," katanya.

Menurutnya transaksi forward beli valas banyak digunakan untuk hedging atau membayar utang valas. Biasanya hal itu dilakukan oleh importir yang memerlukan valas. Namun di sisi lain eksportir jarang ada yang mau menjual forward.

Ekonom Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Dodi Arifianto mengatakan, paket kebijakan BI diharapkan bisa memperkuat rupiah. Sebab salah satu sebab rupiah terus terperosok adalah karena turnover transaksi valas yang rendah, serta transaksi di pasar spot yang dominan. "Paket kebijakan BI maupun pemerintah sudah mengarah untuk memperkuat rupiah," ujarnya.

Namun demikian, Dodi melihat faktor tekanan terhadap mata uang garuda tidak hanya terjadi karena masalah di pasar keuangan dalam negeri. Sebab pelemahan kurs rupiah terhadap dollar AS juga disebabkan kondisi ekonomi global. Seperti, rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika The Federal Reserve dan perlambatan ekonomi China yang membuat pasar uang dalam ketidakpastian.

Lalu apakah kebijakan ini akan berpengaruh kuat ke rupiah. Dodi mengatakan, akan sangat tergantung dengan seberapa besar minat dan kepercayaan eksportir, investor dan pasar terhadap fasilitas yang disiapkan BI.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×