Reporter: Agus Triyono |
JAKARTA. Para pengusaha masih berharap negara di Benua Biru segera pulih. Terutama setelah kesepakatan dari pemimpin Eropa untuk menyelamatkan perbankan dan bersama-sama menggelontorkan dana € 120 miliar untuk memompa roda perekonomian di kawasan itu.
Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudradjat mengungkapkan, krisis ekonomi di Eropa yang terjadi belakangan ini telah memberi pukulan telak kepada kinerja ekspor tekstil Indonesia. Untuk rentang waktu Januari sampai dengan Maret 2012 saja, kinerja ekspor tekstil Indonesia ke seluruh negara di Eropa mengalami penurunan hingga 4%. "Kami benar-benar menunggu sekaligus berharap pada sentimen positif dari Eropa itu. Agar daya beli mereka kembali naik dan ekspor Indonesia bisa didorong lagi," kata Ade, kemarin (1/7).
A. Prasetyantoko, pengamat ekonomi dari Universitas Atma Jaya Jakarta, berpendapat, butuh waktu agar stimulus ekonomi di Eropa bisa memulihkan ekonomi di wilayah itu. Ia menilai, kebijakan di Eropa itu dalam jangka waktu dekat akan berpengaruh positif ke pasar modal saja. "Sementara untuk sektor riil belum akan berpengaruh banyak," tambahnya.
Enny Sri Hartati, direktur INDEF juga berpendapat hal yang sama. Menurutnya, kalaupun kesepakatan yang dicapai oleh pemimpin Uni Eropa tersebut benar- benar membawa perbaikan ekonomi di Eropa, itu semua belum berdampak banyak kepada kinerja ekspor Indonesia.
Butuh proses paling tidak sampai akhir tahun. "Ini juga baru kesepakatan, untuk recovery, normalisasi sampai akhir tahun ini masih akan berproses," kata Enny.
Pada kondisi krisis global seperti sekarang, Enny menyarankan agar para eksportir tidak hanya menunggu penyelesaian krisis ekonomi Eropa untuk bisa memasarkan dan meningkatkan nilai penjualan mereka. Sebab, masih banyak pasar baru dan potensial yang bisa mereka garap, seperti; pasar di Afrika dan juga Timur Tengah.
Berdasarkan data yang disampaikan oleh Menko Perekonomian Hatta Radjasa beberapa waktu lalu, diketahui bahwa potensi ekspor di negara- negara di kawasan tersebut memang besar. Berdasarkan data pada kuartal IV tahun 2011 lalu, nilai ekspor menuju kawasan tersebut mencapai US$ 203 miliar.
Meski tidak berdampak langsung ke Indonesia, paling tidak kebijakan di Eropa menyebabkan harga komoditi naik. Berdasarkan data di Bloomberg hingga kemarin (1/7) malam, harga minyak mentah jenis brent naik 7%, harga emas naik 3%, cokelat juga naik 3%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News