Reporter: Benedicta Prima | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah mengaku siap merebut posisi China sebagai salah satu eksportir ke Amerika Serikat (AS). Hubungan kedua negara dengan perekonomian terbesar ini memanas terpicu perang dagang.
"Ini kita manfaatkan celah tadi mengenai ketegangan perdagangan dengan China dan AS saya kira ekonomi AS sedang bahagia, memang ada kesempatan," ungkap Bambang Prijambodo, Kepala Kementerian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) usai menghadiri acara seminar nasional di Kwik Kian Gie School Business, Rabu (14/11).
Menurutnya, ekspor bisa dilakukan asal sesuai dengan permintaan AS, dan diplomasi hubungan dagang yang baik.
Ironinya, Bambang mengakui, industri Tanah Air masih ketinggalan jauh dengan China. Saat ini, sebagian besar komoditas ekspor Indonesia adalah raw material. Berbeda dengan industri di China yang besar dengan indutri manufakturnya.
"Memang mereka (China) kan mengolah sebagian dari kita. Kalau kita olah sendiri kita akan punya potensi ke sana misal olah tambang dari sini di ekspor kesana ga masalah," jelasnya.
Industri di Indonesia menurut Bambang, terus mengalami penurunan peran sejak masa Soeharto hingga pasca komoditi boom. Hingga saat ini juga mengalami stagnansi. Bambang menyebutnya sebagai deindustrialisasi prematur.
"Perannya turun, jaman Soeharto 26,1% kemudian meningkat di masa Megawati 29,6% setelah komoditi boom, dan pasa boom turun jadi 20 persen, dan belum ada masa bangkit kembali," jelasnya.
Namun ia tetap optimis bisa gantikan China untuk ekspor ke AS asalkan tak ada gejolak tekanan rupiah dan proteksionisme berlebihan. Presiden Donald Trump dan Presiden Xi Jinping akan bertemu untuk membicarakan hubungan dagang pada pertemuan G-20 di Argentina, akhir November dan awal Desember mendatang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News