kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.606.000   -1.000   -0,06%
  • USD/IDR 16.265   -85,00   -0,53%
  • IDX 7.073   -92,58   -1,29%
  • KOMPAS100 1.039   -16,65   -1,58%
  • LQ45 818   -13,93   -1,67%
  • ISSI 212   -2,57   -1,20%
  • IDX30 421   -5,97   -1,40%
  • IDXHIDIV20 506   -5,92   -1,16%
  • IDX80 118   -2,08   -1,73%
  • IDXV30 121   -1,72   -1,40%
  • IDXQ30 139   -1,80   -1,29%

Bappenas: Kesenjangan Meningkat, Fenomena Penurunan Kelas Menengah Berlanjut


Kamis, 30 Januari 2025 / 14:34 WIB
Bappenas: Kesenjangan Meningkat, Fenomena Penurunan Kelas Menengah Berlanjut
ILUSTRASI. Sejumlah pekerja menyebrang di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Selasa (16/4/2024). Bappenas mencatat penurunan penduduk ekonomi kelas menengah terjadi sejak 2019, dari 57,33 juta menjadi 47,85 juta pada 2024.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional atau Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) mengungkapkan, kesenjangan atau ketimpangan Indonesia melebar.

Ini tercermin dari rasio gini pada September 2024 angkanya meningkat menjadi 0,381, dari Maret 2024 yang sebesar 0,379.

Dalam bahan paparan Deputi Bidang Perencanaan Makro Pembangunan Kementerian PPN/Bappenas, Eka Candra Buana, menyebutkan, rasio gini yang meningkat, mencerminkan berlanjutnya fenomena penurunan penduduk kelas menengah.

Baca Juga: Kelas Menengah Turun Kelas, Indonesia Bisa Susah Keluar dari Midle Income Trap

Menurutnya penurunan penduduk ekonomi kelas menengah terjadi sejak tahun 2019, dari 57,33 juta menjadi 47,85 juta pada 2024.

“Penurunan penduduk kelas menengah ini mungkin menjadi trending topic sekarang. Dalam berbagai berita bahwa ini akan terjadi PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) sebagian beberapa juta orang. Sehingga ini menjadi tantangan ke depan,” tutur Eka dalam agenda BRI Microfinance Outlook 2025, Kamis (30/1).

Eka menambahkan, ketidakpastian perekonomian global dan domestik saat ini masih menjadi perhatian penting pemerintah.

Pasalnya kondisi tersebut masih akan memicu berbagai risiko seperti PHK, peningkatan tingkat pengangguran terbuka (TPT), dan peningkatan angka kemiskinan, hingga peningkatan kesenjangan.

Baca Juga: Ini Cara Cerdas Generasi Muda Agar Tak Turun Kelas

Indonesia merupakan salah satu negara yang wilayahnya cukup luas. Kesenjangan antar wilayah di negeri ini menjadi salah satu tantangan dalam pembangunan. Saat ini, Eka membeberkan, pembangunan masih didominasi di bagian barat Indonesia, sedangkan bagian timur relatif tertinggal.

“Nah dengan demikian itu akan menjadi salah satu concern kita adalah bagaimana kita bisa tumbuh tinggi. Salah satunya dengan memanfaatkan bonus demografi kita,” ungkapnya,

Menurutnya, saat ini pemerintah masih mempunyai waktu sekitar 21 tahun untuk memanfaatkan bonus demografi tersebut.

Baca Juga: 10 Emiten Turun Kelas Papan Pencatatan, Intip Rekomendasinya

Jangka waktu tersebut, kata Eka, akan dimanfaatkan sebaik-baiknya, agar Indonesia bisa keluar dari negara middle income trap atau jebakan negara berpendapatan menengah.

Selanjutnya: Liga Voli Korea: Pink Spiders Menghentikan Kemenangan Beruntun Mega dan Red Sparks

Menarik Dibaca: Berapa Level Kadar Gula Darah yang Berbahaya bagi Penderita Diabetes

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×