kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bappenas: Investasi terhambat masuk Indonesia karena biaya logistik tinggi


Rabu, 16 Oktober 2019 / 17:26 WIB
Bappenas: Investasi terhambat masuk Indonesia karena biaya logistik tinggi
ILUSTRASI. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Indonesia Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro saat berfoto diruang kerjanya di Gedung BAPENAS, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (24/6/2019). Bambang Brodjonegoro ditemui tim Tribunnews saat wawancara khusus mengena


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Biaya logistik di Indonesia masih tinggi atau masih sebesar 24% terhadap PDB. Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan, tingginya biaya logistik di Indonesia menjadi salah satu penyebab sulitnya investasi masuk ke Indonesia.

"Kalau biaya logistik 24% maka susah untuk melakukan investasi di Indonesia. Ketika membayangkan biaya logistiknya 24% dan profit margin 13%, maka kita harus bisa mencari margin hingga 37%. Untuk bisa mencapai 37% Itu jelas bukan hal yang mudah," tutur Bambang, Rabu (16/10).

Baca Juga: Kenaikan restitusi berpotensi mengancam penerimaan pajak

Dia menambahkan, bila profit margin tak bisa ditingkatkan, maka pendapatan investorlah yang akan dikorbankan. Menurutnya, hal inilah yang membuat investor lebih memilih berinvestasi di negara lain.

Bambang menerangkan, tingginya biaya logistik ini disebabkan infrastruktur Indonesia yang masih terbatas. Stok infrastruktur Indonesia disebut hanya 43%.

Persentase ini lebih kecil bila dibandingkan dengan negara lain seperti India yang sebesar 58% atau China yang sebesar 76%. Bambang pun menyebut angka ini masih lebih rendah dari rata-rata yang sebesar 70%.

"Padahal standarnya rata-rata 70%.Standarnya seharusnya 70%, jadi untuk mencapai rata-rata pun kita masih punya gap 27%," ujar Bambang.

Baca Juga: Kejar target PDB, pemerintah akan mendorong investasi langsung

Karena itu, Bambang pun mengatakan pemerintah masih terus gencar melakukan pembangunan infrastruktur ke depannya. Dalam 5 tahun ke depan, dibutuhkan total investasi infrastruktur sebesar Rp 6.445 triliun.

Dia mengatakan, pembiayaan infrastruktur dari pemerintah atau APBN akan mencapai 37% atau 2.385 triliun, dari BUMN sebesar 21% atau Rp 1.353 triliun, dan dari swasta sebesar 42% atau Rp 2.707 triliun.

"Kita bukan tipe pemerintahan yang apa-apa dari APBN. Kita akan mencari pembiayaan alternatif atau pembiayaan kreatif untuk melibatkan swasta dan BUMN dalam proyek pembangunan," terang Bambang.

Baca Juga: Ini saran OECD agar FDI bisa mengalir ke Indonesia

Sementara itu, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan Roeslani mengatakan, kebijakan pemerintah yang akan fokus pada pembangunan sumber daya manusia dan melanjutkan pembangunan infrastruktur menjadi hal yang baik.

Dia berharap, biaya logistik di Indonesia akan bisa ditekan bila terjadi pembangunan infrastruktur yang semakin baik.

"Biaya logistik yang turun ini akan meningkatkan daya saing kita. Daya saing kita kan turun 5 peringkat, memang tidak banyak, tetapi kan negara lain juga meningkatkan efisiensinya di banyak hal, baik dari sisi industri dan manusianya," tutur Rosan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×