Reporter: Irma Yani | Editor: Cipta Wahyana
JAKARTA. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menilai, Bank Indonesia (BI) belum perlu menaikkan BI Rate saat ini. Pasalnya, dengan perekonomian yang stabil dan inflasi yang tetap terjaga, BI rate sebesar 6,5% cukup untuk mengendalikan tekanan inflasi. Meskipun, mungkin, inflasi akan lebih tinggi di tahun 2011 nanti.
"Kebijakan untuk mempertahankan atau pun menaikkan BI rate tergantung beberapa hal. Salah satunya perkembangan ekonomi dalam dan luar negeri," ucap Direktur Perencanaan Ekonomi Makro Bappenas Bambang Prijambodo, Rabu (1/12).
Nah, jika harga barang konsumsi masyarakat dapat dikendalikan, menurut Bambang,sebaiknya, BI rate tetap pada kisaran 6,5%. "Terlalu berisiko tinggi apabila BI menaikkan suku bunga di saat perekonomian dalam negeri masih cukup kuat menjaga stabilitas tekanan inflasi," terangnya.
Menurutnya, BI pasti akan mempertimbangkan tekanan inflasi dan kondisi nilai tukar rupiah sebelum memutuskan mengubah BI Rate. "BI memiliki fungsi untuk menjaga stabilitas harga, kaitannya dengan tekanan inflasi, serta stabilitas nilai tukar rupiah," jelasnya.
Bambang sendiri meyakini, rupiah masih akan terus menguat hingga Juni 2011. Salah satu pemicunya adalah program pembelian obligasi atau quantitative easing oleh pemerintah Amerika Serikat (AS). " Program ini membuat dollar masih akan cenderung melemah," ujarnya.
Ia juga melihat, level harga barang dan jasa masih stabil dan sehingga belum mendesak bagi BI untuk menaikan suku bunga. "Kalaupun nanti inflasi cukup tinggi, itu bukan disebabkan faktor permintaan atau demand yang tinggi, tapi dari faktor penawaran atau supply yang relatif lebih kecil," tandasnya.
Namun, Bambang mengakui, jika perekonomian tumbuh sangat kuat dalam waktu singkat, BI bisa saja menaikka suku bunga. "Untuk sedikit mengerem pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang tinggi agar perekonomian kita tidak kepanasan atau overheating," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News