kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bank Dunia Sebut Harga Beras di Indonesia Paling Mahal Se-Asia Tenggara


Jumat, 23 Desember 2022 / 04:54 WIB
Bank Dunia Sebut Harga Beras di Indonesia Paling Mahal Se-Asia Tenggara
ILUSTRASI. arga eceran beras di Indonesia dilaporkan merupakan yang tertinggi dibanding negara-negara anggota ASEAN lainnya. KONTAN/Baihaki


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam 10 tahun terakhir, secara konsisten, harga eceran beras di Indonesia dilaporkan merupakan yang tertinggi dibanding negara-negara anggota ASEAN lainnya. 

Hal tersebut dipaparkan dalam laporan Bank Dunia yang bertajuk Indonesia Economic Prospect (IEP) edisi Desember 2022. 

“(Harga beras di Indonesia) 28 persen lebih tinggi dari harga beras di Filipina, bahkan harganya dua kali lipat lebih mahal dibandingkan harga beras di Vietnam, Kamboja, Myanmar dan Thailand,” demikian bunyi laporan Bank Dunia seperti dikutip VOA, pada Selasa (20/12/2022). 

Mahalnya harga beras di Tanah Air tersebut, kata Bank Dunia, dipengaruhi beberapa faktor. Salah satu yang utama adalah kebijakan pemerintah yang mendukung harga pasar bagi produsen di sektor pertanian. 

“Kebijakan ini meliputi pembatasan perdagangan. Misalnya, tarif impor, pembatasan kuantitatif, monopoli impor BUMN untuk komoditas utama, dan tindakan non-tarif lainnya. Dan (kebijakan) pembelian harga minimum di tingkat petani misalnya, untuk beras,” jelas Bank Dunia. 

Lebih jauh, Bank Dunia menjelaskan faktor lain yang menunjang tingginya harga beras di Indonesia adalah kurangnya investasi jangka panjang dalam riset dan pengembangan sumber daya manusia (SDM). 

Baca Juga: Penyaluran Beras untuk Operasi Pasar di Bulog Capai 1,2 Juta Ton

Rantai pasokan yang panjang dan biaya distribusi tinggi di sebagian wilayah Indonesia--mengingat kondisi geografis yang cukup kompleks--juga turut memengaruhi harga beras. 

Laporan Bank Dunia juga menyebutkan bahwa harga beras yang tinggi ini berkontribusi terhadap laju inflasi di Tanah Air. Bank Dunia mencatat, inflasi yang bersumber dari pangan secara tahunan telah menyentuh level tertinggi dalam delapan tahun terakhir pada Juli 2022 yakni sebesar 10,3%, meskipun akhirnya inflasi pangan ini turun menjadi 6,9% pada Oktober 2022. 

Menurut Bank Dunia, inflasi pangan di Indonesia tidak hanya disebabkan oleh beras melainkan beberapa komoditas lain, termasuk cabai, bawang merah, daging, telur, kedelai, gandum, dan minyak goreng. 

Untuk memitigasi dampak inflasi pangan terhadap masyarakat ini, kata Bank Dunia, pemerintah perlu mengambil sejumlah langkah termasuk investasi jangka panjang untuk mengatasi tiga tantangan ketahanan pangan. 

Baca Juga: Stok Beras Tahun ini Terendah Sepanjang Sejarah

Tiga tantangan tersebut yakni ketersediaan pangan (pasokan yang memadai), akses pangan (akses ekonomi di tingkat rumah tangga) dan stabilitas pangan dari waktu ke waktu. 

“Namun, untuk memperkuat ketahanan pangan dalam jangka panjang, diperlukan kebijakan yang fokus pada perbaikan gizi, penurunan harga pangan, peningkatan keterjangkauan (akses masyarakat), dan peningkatan ketahanan pangan,” tambahnya. 

Respons Kementan 

Menjawab pertanyaan VOA terkait laporan Bank Dunia ini, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo membantahnya. Menurutnya, selama ini harga beras di Tanah Air tidak pernah sekalipun di atas Harga Pembelian Pemerintah (HPP). 

Harga beras premium di Indonesia berkisar antar Rp 11.000 hingga Rp 15.000 per kilogram. 

“Kita nomor dua terendah yang ada di Asia bahkan. Oleh karena itu, itu data juga mungkin akan segera dikoreksi oleh mereka (Bank Dunia). Data mana dia pakai? Kalau dalam saat shortage (kekurangan, red) seperti ini, kita lagi menanam tentu harga juga terjadi kontraksi-kontraksi seperti itu. Tetapi secara umum belum pernah di atas HPP yang kita tetapkan. Belum pernah di atas Rp 12.500 (per kg),” ungkap Mentan. 

Meski begitu, Mentan juga tidak menyebut bahwa laporan dari Bank Dunia keliru. Ia mempertanyakan kapan Bank Dunia mengambil berbagai data terkait harga beras ini, termasuk basis data mana yang dipakai oleh Bank Dunia dalam merilis hasil laporan tersebut. 

Baca Juga: Beras Impor Masih di Gudang, Harga Masih Menjulang

“Prosesnya pada waktu apa? Kalau waktu sekarang ini dalam November, Desember itu kan waktu shortage untuk kita. Lagi menanam. 10 juta hektare, enggak gampang ini menanam. Untuk itu, kalau cari beras pada saat itu, harganya naik. Kalau mau beli beras yang tepat itu, pada saat Maret-April-Juli-Agustus. Itu pasti harganya (baik) karena kita lagi puncak (panen),” tambah Mentan. 

Berdasarkan pantauan VOA, harga beras premium di Indonesia berkisar antar Rp 11.000 hingga Rp 15.000 per kilogram. 

Menanggapi laporan Bank Dunia, Dewan Pembina Institut Agroekologi Indonesia (INAgri) Achmad Yakub mengatakan, kemungkinan besar harga beras Indonesia tertinggi di ASEAN bisa jadi benar. 

Namun untuk kawasan Asia, harga beras di Jepang dilaporkan masih lebih tinggi, yakni sekitar Rp 30.000 per kilogram. 

Baca Juga: Stabilkan Harga, Bulog akan Gunakan Beras Impor untuk Operasi Pasar

Ia menyatakan ada beberapa faktor yang mengakibatkan harga beras di Indonesia disebut yang tertinggi di ASEAN, terutama rantai pasokan produksi beras yang panjang dan tidak efisien. 

“Beda dengan yang saya lihat di Taiwan. Petani di sana menanam, kemudian (diproses dengan) alsintan baik yang disewa atau milik sendiri. Ketika panen gabah itu masuk ke karung, dibawa ke rice milling, terus pakai mesin drying. Sehingga tidak ada pembeli penebas, tidak ada pengepul, tidak ada tengkulak,” ungkap Achmad kepada VOA. 

Menurutnya, rantai pasokan yang panjang dan tidak efisien ini diakibatkan oleh pendekatan petani yang bersifat kekeluargaan, bukan bersifat industri, yang menurutnya sudah mengakar sejak lama. 

Maka dari itu, katanya, guna mengimplementasikan suatu rantai pasokan yang lebih efisien, negara hadir dengan penetapan harga pembelian pemerintah (HPP) yang diatur oleh Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag).

Guna menertibkan hal ini, pemerintah menawarkan bantuan lewat sistem Kredit Usaha Rakyat (KUR) agar petani tidak terjebak dengan para tengkulak. Namun, katanya, sering kali petani terhambat mendapatkan KUR karena tidak memiliki jaminan.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kenapa Harga Beras di Indonesia Paling Mahal Se-Asia Tenggara? Ini Penjelasan Bank Dunia"

Editor : Aditya Jaya Iswara

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×