Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Herlina Kartika Dewi
JAKARTA. Meski ada optimisme pemerintahan baru bakal membawa sentimen positif terhadap ekonomi Indonesia, namun untuk tahun ini sepertinya ekonomi Indonesia masih belum mampu tumbuh pesat. Target pertumbuhan ekonomi yang telah ditetapkan di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2014 sebesar 5,5% diperkirakan tidak akan tercapai. Bahkan, Bank Dunia (World Bank) merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini dari 5,3% menjadi hanya 5,2%.
Ekonom Utama Bank Dunia Untuk Indonesia Ndiame Diop menuturkan, secara umum ada optimisme perbaikan ekonomi global di tahun ini. Bank Dunia meramal ekonomi global tahun ini hanya tumbuh sebesar 2,4%, lebih tinggi dari tahun lalu yang sekitar 1,9%.
Membaiknya ekonomi global ini otomatis bakal mendorong permintaan ekspor dari berbagai negara, terutama negara-negara berkembang. Seharusnya, Indonesia bisa terdorong dengan adanya perbaikan permintaan ini. Sayangnya, kata Ndiame, ada beberapa faktor yang menghambat laju pertumbuhan ekonomi Indonesia. Salah satunya, lantaran penurunan harga komoditas global masih berlanjut. Padahal, "Ekspor Indonesia didominasi oleh komoditas, yakni sekitar 64%," jelasnya, Senin (21/7). Alhasil, kata dia kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia juga melorot.
Masih rendahnya penyerapan anggaran belanja pemerintah, kata Ndiame, menjadi pemicu seretnya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Catatan saja, per akhir Mei 2014 realisasi belanja negara hanya Rp 806,7 triliun atau 32,9% dari target belanja APBNP 2014 Rp 1.842,6 triliun.
Adanya dorongan belanja pemilihan umum di sektor konsumsi rumah tangga ternyata tak cukup mampu mendorong pertumbuhan di sektor konsumsi. Pasalnya, di saat yang bersamaan, ada kebijakan Bank Indonesia (BI) yang mengerem laju pertumbuhan kredit, sehingga konsumsi juga ikut tersendat.
Sektor investasi yang selama ini juga menopang ekonomi Indonesia, tahun ini juga tak bisa banyak diharapkan. Ndiame bilang, investor saat ini masih menunggu kepastian politik yang ada di Indonesia. Alhasil, kata Ndiame, laju investasi baru akan terlihat arahnya setelah terbentuknya kabinet baru dan pemerintahan baru menunjukkan arah kebijakan ekonominya.
Catatan saja, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada kuartal I-2014 ekonomi Indonesia hanya tumbuh 5,21%. Sementara itu, Bank Indonesia (BI) memperkirakan pada kuartal II-2014, ekonomi Indonesia hanya akan tumbuh 5,1% - 5,3%.
Sementara itu, hasil survei proyeksi indikator makro ekonomi Indonesia yang dirilis BI baru-baru ini memperkirakan sampai akhir 2014 ekonomi Indonesia hanya akan tumbuh di kisaran 5,37%. Prediksi pertumbuhan ekonomi ini masih ada dalam kisaran pertumbuhan ekonomi BI yang sekitar 5,1% - 5,5%.
Kendati diprediksi melambat, tapi pemerintah masih optimistis target pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini bakal tercapai. Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Luky Alfirman bilang, seretnya pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun lalu dan di kuartal I-2104 memang disengaja oleh pemerintah.
Menurutnya, pemerintah perlu mengerem laju ekonomi untuk bisa menekan defisit transaksi berjalan yang terus melebar. Luky bilang, pemerintah terus melanjutkan reformasi struktural untuk memperbaiki fundamental ekonomi Indonesia. Tapi, "Kami masih optimistis pertumbuhan ekonomi tahun ini bisa 5,5%," jelas Luky.
Meski ekonomi tahun ini diprediksi melambat, tapi Bank Dunia memperkirakan ekonomi Indonesia tahun depan bakal tumbuh sekitar 5,6%. Maklum, selain perbaikan ekonomi global, harga komoditas diharapkan bakal membaik di tahun depan.
Sebelumnya Menteri Keuangan Chatib Basri juga meyakini ekonomi Indonesia bisa tumbuh lebih baik pada 2015. Karenanya, dalam RAPBN 2015 pemerintah memasang target pertumbuhan ekonomi di kisaran 5,5% - 6%.
Menurut Chatib, tahun depan pemulihan ekonomi global akan lebih pesat, dipicu dengan membaiknya ekonomi Amerika Serikat (AS). Pada 2015, ekonomi global diperkirakan bakal tumbuh 3,9%, lebih baik dari tahun ini yang diprediksi sekitar 3,6%. "Ekonomi global yang membuat membuat volume perdagangan akan meningkat. Sehingga, permintaan ekspor dari Indonesia akan meningkat," jelasnya, beberapa waktu lalu.
Sementara itu, dari sisi domestik konsumsi rumah tangga diperkirakan masih akan kuat. Investasi juga dipercaya bakal tumbuh lebih baik di tahun 2015. Kondisi ini bakal ikut menopang pertumbuhan ekonomi di tahun depan.
Guru Besar Universitas Indonesia Mohamad Ikhsan bilang, agar ekonomi Indonesia bisa tumbuh cepat, pemerintahan baru perlu mengambil kebijakan yang tepat terkait subsidi bahan bakar minyak (BBM). Bila perlu, kata dia subsidi BBM dicabut. Sehingga, pemerintah baru memiliki anggaran tambahan untuk membangun infrastruktur. Menurutnya, dengan memprioritaskan pembangunan infrastruktur, maka ekonomi bisa tumbuh tinggi. "Investor juga akan melihat ke depan (forward looking)," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News