Reporter: Grace Olivia | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Pada resesi 2009, misalnya, pertumbuhan ekonomi global turun hingga 6,2% dari tahun 2007, disertai dengan harga komoditas yang jatuh. Saat itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga melambat 1,7%.
Baca Juga: Bankir menyebut pemangkasan suku bunga bank sentral Eropa punya efek samping serius
Perlambatan ekonomi global, ditambah perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China yang berlanjut, potensi resesi ekonomi AS, juga pelemahan ekonomi Eropa dan China, dipandang Bank Dunia bakal memicu arus keluar modal (capital outflow) yang lebih besar. “Ini dapat menyebabkan suku bunga acuan Indonesia kembali meningkat dan rupiah terdepresiasi lebih dalam,” lanjutnya.
Baca Juga: Bank Dunia: Terlalu fokus kurangi CAD, pertumbuhan ekonomi Indonesia lesu
Capital outflow tersebut semakin berbahaya lantaran sampai saat ini Indonesia masih mengalami defisit neraca transaksi berjalan (CAD). Kuartal II-2019 lalu, CAD Indonesia mencapai US$ 8,4 miliar atau 3% dari PDB. Defisit ini naik dari US$ 7 miliar atau 2,6% dari PDB pada kuartal pertama.
Baca Juga: Perang dagang menekan harga ICP bulan Agustus ke level US$ 57,27 per barel