kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Bank Dunia: Daya saing Indonesia dalam global value chain belum maksimal


Selasa, 28 Januari 2020 / 15:22 WIB
Bank Dunia: Daya saing Indonesia dalam global value chain belum maksimal
ILUSTRASI. ilustrasi ekspor impor


Reporter: Bidara Pink | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Dunia menilai partisipasi Indonesia dalam global value chain atau rantai nilai global masih belum maksimal. Ini disebabkan oleh Indonesia yang masih belum maksimal dalam mengembangkan produk perdagangan dan masih tingginya biaya transportasi.

Menurut Chief Economist East Asia and Pacific Bank Dunia Aaditya Mattoo, keikutsertaan Indonesia dalam rantai perdagangan dunia ini masih memiliki beberapa sisi yang bertolak belakang.

Aaditya menyebut Indonesia mencatat partisipasi yang tinggi dan berkembang sebagai negara pengekspor komoditas mentah untuk bahan baku negara lain dan ekspor kosmetik serta minyak pelumas.

Baca Juga: IMF pangkas pertumbuhan ekonomi global jadi 3,3%, bagaimana prospek Indonesia?

Hanya saja, partisipasi Indonesia dalam mengimpor bahan baku untuk nantinya diolah dan kembali diekspor dalam bentuk barang jadi dinilai masih rendah dan bahkan semakin melemah.

"Sebagai bukti, proporsi ekspor Indonesia untuk produk pakaian jadi, elektronik, dan suku cadang mobil ke negara-negar maju malah menurun. Sementara itu, negara-negara tetangga meningkat. Padahal, mengimpor untuk mengekspor merupakan inti dari global value chain," jelas Aaditya, Selasa (28/1) di Jakarta.

Selain itu, Aaditya juga melihat bahwa partisipasi ke depan (forward participation) Indonesia dalam mengirimkan komoditas mentah memang telah menghasilkan pertumbuhan ekonomi dan berpotensi mengurangi kemiskinan, apalagi bila harga-harga komoditas tersebut sedang tinggi.

Namun, Indonesia masih menunjukkan pelemahan partisipasi ke belakang (backward participation) di Industri manufaktur sehingga ini tidak efektif dalam menopang kesuksesan yang telah dicapai.

"Serta transisi ke industri manufaktur dan jasa di tahap yan lebih maju, seperti yang telah dicapai oleh negara-negara jiran Indonesia," tambah Aaditya.



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×