CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

IMF pangkas pertumbuhan ekonomi global jadi 3,3%, bagaimana prospek Indonesia?


Selasa, 21 Januari 2020 / 15:34 WIB
IMF pangkas pertumbuhan ekonomi global jadi 3,3%, bagaimana prospek Indonesia?
ILUSTRASI. Aktivitas bongkar muat di Terminal Petikemas Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (3/1). IMF pangkas pertumbuhan ekonomi global jadi 3,3%.


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana Moneter Internasional (IMF) dalam laporanbertajuk World Economic Outlook (WEO) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global dari  3,4%, menjadi 3,3% pada tahun 2020. Revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global tersebut didasarkan pada pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang seperti India yang tumbuh lebih rendah.

Kepala Ekonom BNI Ryan Kiryanto mengatakan, berbeda dengan proyeksi IMF terhadap pertumbuhan ekonomi global, justru proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahuni ni cukup tinggi. Hal itu didasarkan pada pertimbangan terbatasnya dampak tekanan perang dagang, brexit dan risiko geopolitik terhadap pertumbuhan ekonomi Tanah Air.

"Karena Indonesia tidak termasuk dominant player di kancah perdagangan global. Pun Indonesia tidak terlalu terlibat aktif dalam rantai pasokan global sehingga relatif terpapar minimal dari perlambatan ekonomi global,” kata Ryan kepada Kontan.co.id, Selasa (21/1).

Kondisi  ini berbeda dengan beberapa negara eksportir dominan seperti China, Korea Selatan, Jepang, dan AS yg terdampak lebih besar karena perlambatan ekonomi global, apapun penyebabnya.

Keberuntungan Indonesia adalah memiliki modal besar berupa pasar domestik yang terjaga kuat dengan kontribusi konsumsi rumah tangga (KRT) sekitar 56%-57% terhadap total produk domestik bruto (PDB) Indonesia. 

“Pada saat yang sama kebijakan moneter dan makroprudensial oleh Bank Indonesia (BI) yang akomodatif dan pro pertumbuhan cukup menopang pertumbuhan ekonomi, pun dengan kebijakan fiskalnya yang dinilai banyak pihak mulai condong ke arah responsif dan antisipatif pada pro pertumbuhan jelang mengakhiri 2019 dan makin kuat di awal 2020,” kata Ryan.



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×