Reporter: Irma Yani | Editor: Edy Can
JAKARTA. Bank Dunia mengingatkan, bencana gempa dan tsunami Jepang akan berpengaruh ke kawasan Asia Timur. Ekonom Utama Bank Dunia untuk Kawasan Asia Timur dan Pasifik Vikram Nehru menyebutkan, bencana Jepang tersebut berpotensi akan berdampak pada sektor perdagangan dan keuangan di kawasan Asia Timur.
Namun, Vikram belum bisa memaparkan secara detail terkait dampak bencana tersebut. Dia beralasan masih terlampau dini untuk saat ini mengkaji dampak tersebut secara akurat. “Tapi untuk sekarang kami perkirakan dampak bencana pada ekonomi kawasan Asia Timur tidak akan berlarut,” ujarnya, Senin (21/3).
Ia mencontohkan, pada gempa bumi Kobe pada 1995 lalu perdagangan Jepang hanya melambat untuk beberapa kuartal. Sektor impor Jepang sepenuhnya pulih dalam kurun waktu satu tahun, sementara tingkat ekspor mencapai 85% dari tingkatan pra-gempa. "Tapi, yang membedakan kali ini gangguan di jaringan produksi, khususnya di industri otomotif dan elektronik, masih bisa menimbulkan masalah yang berkelanjutan," tandasnya.
Vikram pun mengingatkan, bencana Jepang juga akan menyebabkan dampak berantai terhadap proses produksi dan perdagangan di kawasan Asia Timur, serta peningkatan biaya energi akan sangat memungkinkan karena lonjakan kebutuhan energi.
Sementara di bidang keuangan, Bank Dunia mencatat sekitar seperempat dari utang jangka panjang di Asia Timur dalam mata uang Yen, dengan porsi terendah di China sekitar 8% dan tertinggi 60% di Thailand. Vikram menyebutkan, jika Yen mengalami apresiasi sebesar 1%, itu akan mengakibatkan pembayaran utang tahunan dalam mata uang yen akan mengalami kenaikan US$ 250 juta. "Asia Timur dapat terus tumbuh dengan cepat jika bersedia membuat keputusan-keputusan sulit yang diperlukan untuk menjamin stabilitas makroekonomi dalam lingkungan ekonomi global," paparnya.
Namun, ia menilai, Produk Domestik Bruto (PDB) riil Jepang pasti akan melambat menyusul bencana alam tsunami yang menghantam. Hanya saja, ia meyakini bahwa pertumbuhan PDB akan mulai melaju lagi pada pertengahan kedua 2011 saat upaya rekonstruksi mulai dilakukan. “Kami berharap pertumbuhan ekonomi Jepang dapat diakselerasi dengan didukung oleh upaya rekonstruksi yang cepat," terangnya.
Menurutnya, Jepang merupakan penyumbang sekitar 9% dari total perdagangan luar negeri di kawasan Asia Timur dan Pasifik. "Itu berarti 0,25%-0,5% perlambatan pertumbuhan GDP Jepang akan mengakibatkan penurunan 0,75%-1,5% ekspor dari Asia Timur," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News