kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.505.000   -15.000   -0,99%
  • USD/IDR 16.295   -200,00   -1,24%
  • IDX 6.977   -130,64   -1,84%
  • KOMPAS100 1.042   -22,22   -2,09%
  • LQ45 818   -15,50   -1,86%
  • ISSI 213   -3,84   -1,77%
  • IDX30 417   -9,14   -2,14%
  • IDXHIDIV20 504   -9,85   -1,92%
  • IDX80 119   -2,45   -2,02%
  • IDXV30 125   -2,38   -1,87%
  • IDXQ30 139   -2,59   -1,83%

Bank Dunia Beberkan Resep Terhindar dari Middle Income Trap


Rabu, 07 Agustus 2024 / 16:08 WIB
Bank Dunia Beberkan Resep Terhindar dari Middle Income Trap
ILUSTRASI. KONTAN - BRI Ultra Mikro Kilas Online. NUSA DUA,12/10-PAMERAN NUSANTARA PAVILIUN INDONESIA. Pengunjung memperhatikan produk kerajinan dan teknologi milik perusahaan BUMN yang diselenggarakan bersamaan Annual Meeting International Monetary Fund (IMF) dan World Bank Group di Paviliun Indonesia, Nusa Dua, Bali, Jumat (12/10). Sekitar 150 UMKM dari 64 kabupaten/kota di seluruh Indonesia turut ambil bagian menampilkan hasil kerajinan mereka pada acara tahunan IMF-World Bank Group 2018 yang diselenggarakan di Pulau Dewata tersebut. KONTAN/Fransiskus Simbolon/12/10/2018 v


Reporter: Rashif Usman | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Dunia menyatakan sejumlah negara yang masuk kategori negara berpenghasilan menengah yang saat ini dihuni oleh 6 miliar orang sedang berpacu dengan waktu. Sebagian besar negara-negara tersebut telah menetapkan tenggat waktu yang ambisius untuk mencapai status negara berpenghasilan tinggi dalam dua atau tiga dekade mendatang.

Namun, Bank Dunia menegaskan untuk mencapai negara berpenghasilan tinggi saat ini tidak lah mudah. Sejak tahun 1990-an, tercatat hanya 34 negara berpenghasilan menengah yang berhasil masuk menjadi negara berpenghasilan tinggi.

Sisanya lebih dari 108 negara pada akhir tahun 2023, termasuk Indonesia, China, Argentina, Brasil dan India telah terjebak dalam 'middle income trap'. 

Bank Dunia menilai bahwa untuk mencapai status berpendapatan tinggi pada kondisi saat ini akan lebih sulit lagi, karena tingginya utang, populasi yang menua di negara-negara berkembang serta meningkatnya proteksionisme di negara-negara maju.  

Baca Juga: Bukan Indonesia, Justru Vietnam yang Menjadi Jawara Pertumbuhan Ekonomi Asia Tenggara

Dalam laporan Bank Dunia bertajuk World Development Report 2024: The Middle Income Trap, Bank Dunia mengurai cara negara berkembang bisa keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah yakni melalui strategi 3i.

Fase 1i adalah investasi. Negara-negara berpendapatan rendah perlu fokus pada peningkatan investasi publik dan swasta untuk membangun fondasi ekonomi yang kuat. Namun, ketika mereka mencapai status berpendapatan menengah ke bawah, mereka perlu mengubah arah dan memperluas campuran kebijakan ke fase selanjutnya.

Fase 2i adalah investasi dan infusi. Fase ini terdiri dari adopsi teknologi dari luar negeri dan menyebarkannya ke seluruh perekonomian.

Fase 3i adalah investasi, infusi, dan inovasi. Pada tingkat berpendapatan menengah ke atas, negara-negara harus mengubah arah lagi ke fase yang terakhir. Mereka tidak diperbolehkan lagi mengadopsi  ide teknologi dalam kegiatan produksi perekonomiannya, tapi harus mencapai ke tahap inovasi.

Kepala Ekonom Bank Dunia, Indermit Gill memprediksi bahwa Indonesia setidaknya membutuhkan waktu 70 tahun untuk bisa mencapai pendapatan per kapita setara negara maju.

Baca Juga: Rekomendasi IMF dan Bank Dunia untuk Tingkatkan Penerimaan Perpajakan

"Pada tren saat ini, China akan membutuhkan waktu lebih dari 10 tahun hanya untuk mencapai seperempat pendapatan per kapita Amerika Serikat, Indonesia hampir 70 tahun, dan India 75 tahun," tulis Gill dalam laporan tersebut, dikutip Rabu (7/8).

Bank Dunia menilai ada sejumlah faktor yang membuat negara-negara berpendapatan menengah terjebak dalam stagnasi ekonomi, mulai dari penuaan populasi, peningkatan proteksionisme, serta kebutuhan transisi energi.

"Mereka menghadapi tantangan yang jauh lebih besar daripada pendahulu mereka dalam keluar dari middle income trap," ucap Gill.

Selain itu, Gill menjelaskan bahwa terlalu banyak negara-negara berpendapatan menengah yang mengandalkan strategi kuno untuk menjadi negara maju. Mereka terlalu lama bergantung pada investasi atau beralih ke inovasi sebelum waktunya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×