kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Banjir Gelombang PHK, Indonesia Diambang Resesi?


Senin, 10 Oktober 2022 / 19:24 WIB
Banjir Gelombang PHK, Indonesia Diambang Resesi?
ILUSTRASI. Ancaman resesi mulai mengintip Indonesia


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski pertumbuhan ekonomi Indonesia mulai pulih dari pandemi Covid-19, namun pemutusan hubungan kerja (PHK) kembali menghantam perusahaan di dalam negeri.

Pasalnya, beberapa waktu lalu, PHK terjadi di sejumlah start-up atau usaha rintisan di dalam negeri. Kini, gelombang PHK mulai menyebar ke sejumlah perusahaan lainnya.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, ramainya gelombang PHK di dalam negeri dikarenakan perusahaan harus menyesuaikan kapasitas produksi dan model bisnis dengan proyeksi perlambatan ekonomi yang terjadi di tahun depan.

"Naiknya biaya bahan baku, ongkos angkutan tidak berjalan lurus dengan naiknya daya beli masyarakat," ujar Bhima kepada Kontan.co.id, Senin (10/10).

Bhima menyebut, beberapa perusahaan di bidang teknologi, yang sebelumnya disebut sebagai pandemi darling juga perlu memangkas karyawan karena mobilitas masyarakat yang kembali berbelanja secara fisik di toko ritel sehingga perubahan perilaku konsumen sangat mempengaruhi rencana bisnis jangka panjang.

Baca Juga: Keyakinan Konsumen September 2022 Anjlok, Indonesia di Ambang Resesi?

Banyaknya PHK di tanah air juga dikarenakan adanya kenaikan tingkat suku bunga acuan yang berpengaruh terhadap cost of financing pelaku industri sehingga rencana investasi baru cenderung terhambat oleh naiknya biaya pinjaman.

Selain itu, Ia juga bilang, ketidakpastian outlook ekonomi membuat pendanaan di perusahaan rintisan juga ikut terpengaruh, sehingga investor atau modal ventura lebih selektif memilih perusahaan dengan kinerja profitabilitas yang baik dibanding mengejar market share atau valuasi.

"Dalam situasi ini, banyak karyawan yang terpaksa dipangkas sebagai langkah mengejar daya tarik investor," kata Bhima.

Bhima memproyeksi, tingkat pengangguran terbuka pada tahun depan sebesar 5,9% hingga 6% atau lebih tinggi dari data per Februari 2022 yang hanya sebesar 5,83%.

Sementara itu, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda menilai, inflasi global yang sangat tinggi menjadi penyebab ramainya PHK di perusahaan dalam negeri. Di mana inflasi di negara-negara maju telah mencapai di angka 9% hingga 10%.

Baca Juga: Ekonom: Kenaikan Harga BBM Sebabkan Keyakinan Konsumen Anjlok pada September

Huda menyebut, inflasi tersebut membuat bank sentral beberapa negara menaikkan suku bunga acuannya sehingga akan menurunkan permintaan produk dan investasi. Pada akhirnya, dengan permintaan produk dan investasi menurun maka akan menciptakan PHK.

"Kondisi tersebut juga terjadi di Indonesia di mana kebijakan menaikkan harga BBM Pertalite menaikkan tingkat inflasi. Dengan kenaikan suku bunga acuan, maka pengangguran diprediksi akan meningkat," kata Huda kepada Kontan.co.id, Senin (10/10).  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×