Sumber: Kompas.co | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Seorang duta besar negara di Eropa sampai harus curhat kepada Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi soal kepadatan di Bandar Udara Internasional SoekarnoHatta, Tangerang. Ternyata tak hanya masyarakat Indonesia, para duta besar pun seolah menggantungkan asa kepada Jokowi.
Banyak orang frustrasi dengan kondisi Soekarno-Hatta. Frustrasi dengan kepadatan penumpang, frustrasi dengan kemacetan di kawasan bandara, dan frustrasi dengan antrean pesawat saat lepas landas dan mendarat.
Pembenahan bandara tentu saja dilakukan oleh PT Angkasa Pura II. Lalu lintas parkir diubah, akses jalan di dalam kawasan bandara diperlebar, rapid taxiway sudah dibangun agar landasan pacu (runway) lebih optimal. Namun, tak seorang pun menyangkal bahwa proses itu lambat.
Tak terlihat upaya radikal untuk membangun salah satu bandara dunia dengan pertumbuhan terpesat di dunia. Tahun 2011, pertumbuhan penumpang di Soekarno-Hatta mencapai 19 persen. Data terakhir tahun 2012, Soekarno-Hatta melayani 53 juta orang penumpang.
Fasilitas apa yang paling dibutuhkan untuk mengimbangi pesatnya pertumbuhan penumpang dan pergerakan pesawat? Bagi Soekarno-Hatta, yang utama tentu landasan pacu ketiga.
Sejak beroperasi 1 Januari 1984, mulai dari Cengkareng masih rawa-rawa hingga hari ini, hanya ada dua landas pacu di sana.
Landas pacu tiga di Soekarno-Hatta membutuhkan lahan 830 hektare dan dijanjikan tuntas akhir tahun ini. Persoalannya, pembebasan lahan di negeri ini bukan hal mudah.
Bahkan, jika hanya 1 hektar lahan yang belum bebas, dapat jadi batu sandungan ketika lokasinya justru di tengah landas pacu tiga.
Mungkin metode sukses Jokowi dalam pembebasan lahan bisa membantu. Banyak pihak terkesan dengan langkah sederhana tetapi jitu dari Jokowi dalam urusan lahan. Jokowi memang berhasil membebaskan lahan Waduk Pluit dan Waduk Ria Rio tanpa gejolak berarti.
Pertanyaan yang muncul mungkin sama dengan pertanyaan yang dipendam duta besar itu. Bolehkah Jokowi dipinjam untuk pembebasan lahan landas pacu? Bolehkah Jokowi dipinjam sekadar membebaskan lahan landas pacu ketiga di Soekarno-Hatta di Banten?
Begitu pembebasan lahan landas pacu ini tuntas, ibaratnya kita tinggal memadatkan tanah dan mengaspal landas pacu sejauh 3,6 kilometer. Aktivitas mendarat dan lepas landas pesawat pun lancar. Dengan demikian, persoalan terselesaikan.
Lepas landas dan mendarat di Soekarno-Hatta menjadi lebih nyaman dan paling utama adalah terjaminnya keselamatan penerbangan. (Haryo Damardono/Kompas Cetak)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News