kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45913,59   -9,90   -1.07%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Balitbang Perhubungan kaji kerjasama dengan 17 pelabuhan


Kamis, 06 Desember 2018 / 14:33 WIB
Balitbang Perhubungan kaji kerjasama dengan 17 pelabuhan
ILUSTRASI. Terminal Peti Kemas Pelabuhan Kuala Tanjung


Reporter: Umi Kulsum | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Perhubungan mengevaluasi 17 proyek pelabuhan yang sedang dikaji untuk dapat dikerjasamakan melalui berbagai skema pendanaan.

Adapun ke 17 pelabuhan itu dibagi ke dalam tiga kategori: Pertama pelabuhan dengan skala prioritas tertinggi di antaranya Luwuk, Tj-Pinang-Tj Balai Karimun, Larantuka, Nabire, Pangandaran dan Carocok Panasahan/Paninan.

Kedua, pelabuhan dengan skala prioritas sedang yakni Kendawangan, Tual, Kali Adem/Muara Angke, Likupang, Meulaboh dan Branta. Ketiga, pelabuhan yang masuk skala prioritas terendah adalah Penyeberangan Batu Licin-Tanjung Serdang, Penyeberangan Jepara-Karimun Jawa, Kuala Gaung, Sirombu dan Sungai Lumpur.

Kepala Balitbang Perhubungan Sugihardjo mengatakan, dari 17 pelabuhan itu, ada 6 pelabuhan yang dapat dikembangkan. Nah dari enam itu terdapat tiga pelabuhan potensial yang masuk kategori prioritas untuk dikerjasamakan agar berkembang baik dengan skema pendanaan kerjasama antara pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) maupun badan layanan umum (BLU).

"Ketiga pelabuhan itu di antaranya Nabire di Papua, Carocok Panasahan/Paninan di Sumatera Barat dan Luwuk di Sulawesi Tengah," kata dia di Jakarta, Kamis (6/12).

Pelabuhan Carocok Panasahan/Painan misalnya, memiliki status layak secara ekonomi namun tidak layak secara finansial. Meski begitu, pelabuhan ini berpotensi untuk dikerjasamakan dengan alternatif skema Hybird Financing, penugasan BUMN, KPBU dengan pemerintah dengan memberikan fasilitas dukungan melalui viability gap fund (VGP). Selain itu bisa juga dengan KSO berbentuk JO/JV dengan skema BOT dan terakhir skema KSPI. Namun, yang paling optimal dilakukan yakni skema Hybird Financing.

Lebih lanjut, menurutnya, tujuan Balitang menganalisis hal ini sejalan dengan arahan Menteri Perhubungan dan Presiden RI untuk mencari terobosan melalukan skema creative financing sebab keuangan negara yang terbatas. Dengan begitu, layanan ataupun fasilitas yang terlihat sudah layak secara ekonomi dan finansial untuk dikerjasamakan maka perlu untuk dilakukan.

"Sehingga dengan uang yang terbatas itu bisa kita alokasikan untuk membangun di daerah lain terluar terpencil yang memang tidak punya margin secara bisnis. Jadi kalau tadi tiga pelabuhan itu bisa kita kerjasamakan. Sehingga anggarannya bisa dialihkan ke tempat lain," terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×