Reporter: Abdul Basith | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia mengancam akan menerapkan Bea Masuk Anti Subsidi (BMAS) untuk produk susu Uni Eropa (UE). Langkah ini dilakukan sebagai balasan atas penerapan bea masuk anti subsidi untuk biodiesel Indonesia oleh Komisi Uni Eropa.
"Pasti saya akan lakukan (bea masuk anti subsidi) kalau mereka sudah lakukan," ujar Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita usai rapat di kompleks Istana Kepresidenan, Selasa (13/8).
Namun, Enggar memastikan langkah tersebut diambil dengan catatan. Antara lain adalah pengenaan bea masuk anti subsidi untuk produk susu dari Uni Eropa tidak dilakukan secara mendadak.
Pengenaan BMAS produk susu Uni Eropa secara mendadak dapat berdampak bagi industri pengguna. Lebih jauh lagi akan berpengaruh pada kenaikan harga di tingkat konsumen.
Baca Juga: Komisi Uni Eropa resmi tetapkan bea masuk anti subsidi untuk biodiesel Indonesia
"Kita harus memerhatikan pasar domestik juga, tetapi kami pasti akan terapkan (BMAS produk susu Uni Eropa)," terang Enggar.
Namun, saat ini pemerintah sudah meminta pada importir untuk mengalihkan impor produk susu dari Uni Eropa. Bila pengalihan sumber impor sudah dapat diterapkan, maka pengenaan bea masuk anti subsidi bisa dipercepat.
Pemerintah akan menghitung berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengalihkan impor tersebut. Sementara itu koordinasi akan terus dilakukan oleh pemerintah.
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) masih belum banyak menanggapi kebijakan yang dikeluarkan Komisi Uni Eropa tersebut.
Namun, tindakan bea masuk anti subsidi yang diberlakukan Uni Eropa untuk produk biodiesel Indonesia diyakini tidak akan banyak berpengaruh bagi ekspor Crude Palm Oil (CPO) Indonesia secara keseluruhan.
Baca Juga: Mendag Siapkan Serangan Balasan atas Pengenaan Bea Masuk Boleh Uni Eropa
"Untuk jangka pendek nampaknya belum berpengaruh," jelas Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono.
Sebagai informasi semester I-2019 kinerja ekspor minyak sawit Indonesia (CPO dan turunannya, biodiesel dan oleochemical) hanya naik 10% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2018.
Ekspor CPO beserta turunannya sebesar 15,3 juta ton pada periode Januari-Juni 2018. Angka itu naik menjadi 16,84 juta ton pada periode yang sama tahun 2019.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News