Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) akhirnya menyetujui hasil pembahasan Pembicaraan Pendahuluan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2019. Hasil putusan berupa asumsi dasar makro tersebut akan menjadi bahan penyusunan Nota Keuangan 2019 yang akan dibacakan Presiden Joko Widodo pada 16 Agustus 2018.
Menurut hasil kesepakatan, tahun depan, target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2%–5,4% dan nilai tukar rupiah Rp 13.700–Rp 14.000 per dollar Amerika Serikat (AS) , dan asumsi harga minyak Indonesia (ICP) sebesar US$ 60-70 per barrel. Dari usulan pemerintah, hanya target pertumbuhan ekonomi saja yang berubah.
DPR menurunkan target pertumbuhan ekonomi dari usulan pemerintah 5,4%–5,8% menjadi 5,2%–5,6% karena melihat tekanan perekonomian tahun ini masih berpotensi terjadi pada tahun depan. Contohnya adalah pelemahan kurs rupiah, hingga daya beli yang masih lemah akan menghambat laju ekonomi.
Wakil Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR Jazilul Fawaid mengatakan Fraksi Partai Gerindra memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun depan hanya ada di kisaran 5,2%–5,4%, lebih rendah dari kesepakatan antara DPR dan pemerintah 5,2%–5,6%. "Target tahun-tahun sebelumnya tidak pernah tercapai," kata Jazilul dalam rapat paripurna di Gedung DPR, Kamis (12/7).
Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) juga meminta pemerintah memperlebar kisaran nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Pasalnya, rupiah saat ini yang telah mencapai Rp 14.400 per dollar AS.
Lalu, gini ratio tahun 2019 harus lebih rendah dari yang disepakati, yaitu sebesar 0,37-0,38 karena target gini ratio tahun 2018 adalah 0,38. Target gini ratio yang lebih rendah tersebut bisa memberikan signal bahwa APBN 2019 pro pemerataan dan mengurangi kesenjangan atau ketimpangan antar daerah.
Ekonom Bank Mandiri Anton Gunawan bilang, inflasi merupakan asumsi yang perlu diwaspadai tahun depan. Sebab salama ini pemerintah menahan laju inflasi dengan menahan harga bahan bakar minyak, LPG, dan listrik. Inflasi 2019 bisa bergerak lebih tinggi, terlebih harga minyak terus naik. "Setelah Pemilu, apakah masih bisa ditahan begitu terus," ujar Anton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News